Jatuh Bangun UMKM Dolly Selama Pandemi

Selasa 31-05-2022,04:00 WIB
Reporter : Salman Muhiddin
Editor : Noor Arief Prasetyo

Kini para mentor mulai menerima banyak kunjungan. Bahkan, dari luar kota. ”Hari Minggu kemarin datang satu bus anak-anak sekolah dari Pandaan,” ujar Sutrisno, salah satu mentor batik yang juga staf Dinas Koperasi dan UKM Kota Surabaya.


Perajin Fitria Andaini, 42, membatik dengan kuas di selembar kain di Rumah Kreatif Batik Putat Jaya, Surabaya, Jawa Timur, Senin, 30 Mei 2022.-

Julian Romadhon-

Tris –panggilan akrabnya– tinggal di gang sebelah. Sebelum fokus membatik, ia adalah seniman tato yang juga ikut nyemplung di bisnis prostitusi. Ia mengakui ikut merasakan manisnya duit dari bisnis haram itu.

Setelah prostitusi ditutup, bisnis parkir, laundry, warung kopi, hingga toko kelontong milik warga ikut tiarap. Ketika ada informasi mengenai pelatihan batik dari Pemkot Surabaya, Tris memutuskan ikut.

Ia sempat kaget ketika tahu semua pesertanya adalah ibu-ibu. Ia menunjukkan foto peserta pelatihan dari handphone-nya. Tris berdiri di tengah di antara perempuan berhijab. ”Kalau orang enggak tahu, dikira tour guide,” guraunya.

Sudah ribuan warga yang belajar membatik di Putat Jaya. Tris sampai tidak bisa menghitungnya. Kebetulan, kemarin peserta pelatihan belum datang. Tris memanfaatkan waktu luangnya untuk membatik.

Canting elektrik menggores kain berwarna cokelat yang sudah sebulan dikerjakan. Panjangnya 2 x 1 meter. Batik klasik itu rencananya dijual Rp 3 juta karena dibikin sangat detail. ”Bisa selesai dua sampai tiga bulan,” ujar alumnus SMKN 3 Surabaya itu.

Meski sempat merasakan manisnya perputaran uang di lokalisasi Dolly, Tris merasa hidupnya lebih bahagia sekarang. Ia tak lagi khawatir akan perkembangan anak-anak di Dolly yang terkontaminasi lingkungan prostitusi. 

Dengan membatik, ia juga merasakan ketenangan. Seperti sedang meditasi. (*)

 

Kategori :