TIGA nomine terakhir Surabaya Tourism Awards (STA) 2022 masuk kategori wisata kongkow atau nongkrong. Yakni, Surabaya North Quay (SNQ), Mirota, dan Taman Hiburan Pantai (THP) Kenjeran.
’’Tiga tempat itu berada di lokasi yang unik,’’ ungkap Dekan School of Tourism Universitas Ciputra Surabaya Agoes Tinus Lis Indrianto. Surabaya North Quay dan Taman Hiburan Pantai Kenjeran sebagai waterfront Surabaya. Sementara Mirota adalah pusat oleh-oleh khas Surabaya yang menyediakan berbagai suvenir dari kerajinan produk UMKM.
Seperti halnya nomine lain yang telah terpilih, ketiganya dilengkapi fasilitas yang memadai. Kebersihan dan kenyamanannya bisa dirasakan oleh setiap pengunjung.
Dan yang paling penting, semuanya tetap aktif menerima pengunjung selama pandemi Covid-19. Tentu dengan menerapkan protokol kesehatan. Fasilitas prokes pun lengkap. Misalnya tempat cuci tangan, cek suhu di pintu masuk, hingga hand sanitizer.
BACA JUGA: Nomine Surabaya Tourism Awards 2022 (1): Tiga Museum Keren Favorit Anak Muda
BACA JUGA: Nomine Surabaya Tourism Awards 2022 (2): Cerminan Warga Surabaya yang Toleran
Surabaya North Quay
-Rebecca-Harian Disway-
’’Kami mengikuti regulasi dan anjuran Menteri Pariwisata,’’ jelas Business Development Assistant Senior Manager PT Pelindo Properti Indonesia Monique Dwijayanti, pengelola Surabaya North Quay.
Tempat tersebut, kaya Monique, sangat memperhatikan CHSE. Yakni kriteria standar tempat wisata yang meliputi cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environmental sustainability (keberlangsungan lingkungan). Pengelola sadar dengan perubahan perilaku pengunjung. Yang mengutamakan kesehatan dan keselamatan bersama selama pandemi Covid-19.
Monique mengaku, awal masa pandemi adalah fase yang sangat berat. Bahkan Surabaya North Quay masih sering tutup sepanjang 2020. Bahkan tutup total sejak Maret hingga Agustus 2020. Operasional boleh berhenti. Namun, ide harus tetap jalan. Pihak Pelindo memanfaatkan waktu yang longgar itu untuk evaluasi dan berinovasi.
Hasilnya, ada fasilitas nongkrong baru di Surabaya North Quay. Yaitu, Teras Tepi Laut. ’’Jadi ada suasana baru ketika sudah bisa menerima pengunjung lagi,’’ tutur Monique. Inovasi itu juga disesuaikan dengan situasi. Orang-orang tidak boleh berkerumun. Maka Teras Tepi Laut dibangun dengan konsep outdoor.
Hal itu memberikan rasa nyaman dan aman bagi pengunjung. Agar mereka tidak lagi nongkrong di ruang indoor yang rentan dengan penularan virus. Fasilitas itu menarik banyak pelanggan.
Tak sampai di situ. Pelindo terus melakukan inovasi. Pada awal tahun ini, pengelola sudah menyediakan spot hiburan baru lagi. Tetap dengan konsep outdoor. Yakni, fasilitas berlayar dengan kapal pinisi nusantara.
Pengunjung boleh menjajal naik kapal pinisi dengan rute dari North Quay ke Suramadu. Tentu kapasitasnya terbatas. Fasilitas itu menandai kebangkitan dari pandemi. Jumlah pengunjung nyaris kembali normal. ’’Meski baru 70 persen. Tapi momen liburan selalu banyak pengunjung,’’ jelas Monique.
THP Kenjeran
-Rebecca-Harian Disway-
Hal yang sama juga dirasakan Kepala UPTD Pengelolaan Obyek Wisata Disbudpar Surabaya Rusdi Ismet. Ia merasa bangga lantaran THP Kenjeran masuk nominasi Surabaya Tourism Awards 2022.
’’Karena perjuangan ini berat selama pandemi. Kami tutup selama dua tahun,’’ katanya. Itu berdampak dengan pendapatan anggaran daerah (PAD). Baru bisa bernafas lega sejak November 2021. THP Kenjeran bisa kembali dibuka usai asesmen dari Satgas Covid-19.
Jumlah pengunjung pun mulai merangkak. Terutama di akhir tahun dan tahun baru kemarin. Mencapai 3.000 sampai 5.000 pengunjung. Meski masih jauh ketimbang masa sebelum pandemi.
Kebangkitan itu juga diraih dengan strategi. Misalnya, memanfaatkan media sosial untuk promosi. Termasuk juga dibantu oleh para vlogger. Mereka ikut memposting video berwisata di Kenjeran.
Ke depannya, Ismet makin optimistis. Jumlah pengunjung bisa kembali normal. Pihaknya pun aktif mengirim permintaan ke berbagai sekolah. Untuk menggelar aktivasi di Kenjeran. ’’Biasanya mengadakan lomba melukis dan outbound. Kami gandeng sekolah untuk bikin gerakan cinta lingkungan,’’ ujarnya.
Mirota
-Rebecca-Harian Disway-
Sementara itu, Mirota sebagai salah satu pusat oleh-oleh terbesar juga berhasil survive sepanjang pandemi. ’’Rasanya nano-nano. Dampak pandemi sangat hebat, terutama bagi sektor pariwisata. Hidup segan mati tak mau. Tapi bagaimanapun kita harus bertahan,’’ ungkap supervisor Mirota, Hayna Honoury.
Strategi baru diterapkan. Yakni dengan lebih aktif memanfaatkan media sosial. Mirota berhasil mengubah ancaman menjadi peluang. Dari situlah mereka mampu menjaga arus pendapatan.
Memasuki 2022, kegiatan masyarakat mulai dilonggarkan. Jalur-jalur pariwisata banyak dibuka. Itu otomatis berpengaruh pada jumlah pengunjung Mirota. Terutama saat momentum liburan seperti tahun baru dan lebaran.
’’(Jumlah pengunjung) Hampir balik ke sebelum pandemi. Sudah mulai datang rombongan asing dan ekspatriat,’’ ungkap Hayna. ’’Lebih terasa setelah Lebaran. Meski kenaikannya masih 30 persen,’’ imbuh dia. ’’Namun, dia optimistis segalanya bisa segera pulih dalam waktu dekat. (Retna Christa-M. Nur Khotib)