PPKM Surabaya Kembali Level 3?

Rabu 08-09-2021,04:31 WIB
Editor : Tomy C. Gutomo

SURABAYA baru saja diumumkan telah memasuki pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 2. Itu sesuai data yang disampaikan Satgas Covid-19 Jawa Timur, Minggu (5/9). Namun, kemarin Surabaya kembali dikategorikan PPKM level 3. Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) nomor 39 tahun 2021 yang terbit kemarin.

Hal itu juga terjadi bagi Sidoarjo dan Gresik. Dalam dua hari, levelnya kembali naik ke level 3. Apa yang terjadi di Surabaya dan kota sekitarnya? Apakah kasus harian Covid-19 kembali naik signifikan? 

Pelevelan PPKM suatu daerah baru bisa ditentukan dalam kurun waktu seminggu. Diukur dengan enam indikator. Epidemiolog Universitas Airlangga dr Windhu Purnomo pun menyanggah keputusan Inmendagri terbaru itu. Menurutnya, Kota Surabaya masih berada di level 2. Itu berdasarkan asesmen situasi Kementerian Kesehatan yang terbaru.

”Inmendagri ini yang justru tidak update. Tidak cocok dengan realitas Kota Surabaya,” ujar Windhu.

Ia menjelaskan bahwa penentuan level suatu wilayah berdasarkan enam indikator tertentu. Misalnya, untuk wilayah level 3. Pertama, terdapat kasus konfirmasi positif 50-150/100 ribu penduduk per minggu. Kedua, rawat inap 10-30/100 ribu penduduk per minggu. Ketiga, kasus kematian 2-5/100 ribu penduduk per minggu.

Keempat, angka testing positivity rate 5-15 persen. Kelima, tracing kontak erat 5-14 rasio. Keenam, BOR rumah sakit di antara 60-80 persen.

Sedangkan, level 2 kasus konfirmasi 20-50/100 ribu penduduk per minggu, rawat inap 10-30/100 ribu penduduk per minggu, dan kematian 1-2/100 ribu penduduk per minggu. Pada level ini, angka testing positivity rate kurang dari 5 persen, tracing kontak erat lebih dari 14, dan BOR kurang dari 60 persen.

Grafis: Rozi Hamdhani

”Untuk semua indikator kapasitas responsnya, Surabaya sudah bagus,” jelas Windhu.

Menurut data terakhir (6/9), Surabaya memenuhi 5 indikator level 2. Pertama, kasus konfirmasi positif mencapai 27,72/100 ribu penduduk per minggu, rawat inap 18,92 /100 ribu penduduk per minggu, dan kasus kematian 2,84/100 ribu penduduk per minggu.

Selanjutnya, positivity rate (PR) atau tingkat keterpaparan yang dihitung dari jumlah kasus positif dengan jumlah tes. PR Surabaya sangat baik. Yakni hanya mencapai 1,22 persen. BOR rumah sakit di Surabaya pun membaik. Angkanya mencapai 14,96 persen. Bahkan, rasio tracing Surabaya sangat tinggi. Yakni mencapai 20,66 persen.

Level 2, kata Windhu, masih belum bisa dibilang aman. Positivity rate harus terus diturunkan. Yakni dengan meningkatkan upaya testing. Menurutnya, sejauh ini memang terbentur kemauan testing. Meski upaya tracing sudah tinggi.

Ia meminta agar masyarakat tidak terlalu dilonggarkan. Area publik seperti mal, tempat wisata, maupun tempat ibadah, harus diperketat dengan screening aplikasi PeduliLindungi. ”Ini sudah prestasi. Harapan besar bagi kita. Tapi, ingat, jangan lengah. Jangan hura-hura,”  ujarnya.

Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) Jatim dr Dodo Anondo menambahkan, BOR rumah sakit se-Jatim yang mulai membaik. Bahkan, 60 persen tempat tidur untuk pasien Covid-19 di setiap RS sudah dikonversikan untuk pasien reguler.

Jumlah pasien Covid-19 di seluruh RS se-Jatim relatif menurun. Hanya sekitar 10-15 persen dari kapasitas. Misalnya, di RSI Surabaya, kini tinggal dua pasien. Padahal, tersedia 101 kapasitas tempat tidur untuk pasien Covid-19.

“Akhirnya, 60 persen tempat tidur itu kami konversikan untuk layanan umum. Tentu sudah disterilkan lebih dulu. Ini terjadi di hampir semua RS se-Jatim,” ujar Dirut RSI Ahmad Yani Surabaya itu, kemarin. Kategori pasien yang ditanganinya pun dalam kondisi ringan-sedang. Selain itu, ICU dan ventilator juga sangat longgar.

Tags :
Kategori :

Terkait