Siap Melangkah ke Mana Saja

Sabtu 20-11-2021,07:32 WIB
Editor : Heti Palestina Yunani

Lantas bagaimana caranya? ”Dengan teknik tusir. Catnya khusus dan dapat dipakai di atas kertas foto,” ungkapnya. Tantangannya, Samsi harus mencari paduan warna yang sesuai dengan wajah figur. ”Harus benar-benar pas. Jika tidak, bisa jadi bopeng wajahnya,” tambahnya.

Pengalaman itulah yang semakin mengasah kemampuan realisme Samsi dari tahun ke tahun. Seringnya memakai kuas kecil untuk menorehkan detail, membuatnya terlatih ketika menuangkan guratan pada wajah, proporsi anatomi manusia dan lain sebagainya.

Karena latar belakangnya tersebut, lukisan-lukisan realisnya begitu fotografis. Untuk tema, ia tak pernah jauh dari persoalan keseharian. Wajah keluarga, aktivitas anak-anaknya dan semacamnya.

Contohnya adalah lukisan berjudul Belajar adalah sebuah Proses. Figur anak kecil bersepeda di sebuah tanah lapang dengan senyum riang. Aktivitas anak itu ditangkap dan dituangkan dalam sebuah lukisan.

Samsi memaknainya lewat perspektif pencarian artistik yang telah lama dijalaninya. ”Bahwa lukisan itu sekaligus menunjukkan proses saya dalam hidup dan berkesenian,” ujar pria yang berdomisili di Menganti, Gresik itu.

Meski karyanya sangat fotografis, Samsi menilai bahwa orang yang menggemari lukisan realis, sebagian besar memberikan apresiasi dari segi proses kreatif seniman. Juga dari segi artistik, karya realis memiliki estetika khas yang berbeda dengan seni fotografi.

”Seperti yang saya sebutkan tadi, ada daya imajinatif seniman dalam lukisan realisme. Pelukis juga dapat menambahkan tekstur atau pernak-pernik lain dalam kanvasnya,” tuturnya.

Samsi menganalogikan karya lukisan realisme dengan batik tulis. Walaupun kemajuan teknologi menghasilkan batik printing, kebanyakan orang tetap memilih batik tulis. Meski harganya lebih mahal. ”Goresan manualnya lebih artistik ketimbang batik print. Sisi nyeni-nya itu yang disukai banyak orang,” ujarnya.

Samsi juga memaknai berbagai kisah hidupnya lewat lukisan. Seperti lukisan Ketika Terasa Lelah. Sebuah kendi, botol kecil obat oles untuk meredakan pegal. Ada gelas berisi air putih yang tinggal setengah serta obat sakit kepala. Ketika ia merasa lelah bekerja, maka sajian itulah yang dapat meredakan rasa lelahnya.

Selain aktif melukis, kini Samsi juga bekerja di bidang mural. Ia banyak menerima pesanan untuk melukis atap ruang tamu di lingkungan Desa Menganti dan di daerah-daerah lainnya.

Lukisan yang dibuatnya juga tak lepas dari realisme. Ia melukis awan maupun berbagai figur untuk menghias atap kliennya. ”Saya tak pernah jauh-jauh dari realisme. Baik dari lukisan maupun pekerjaan,” terangnya.

Di tengah arus seni rupa kontemporer, Samsi tetap kukuh dengan gaya melukis realis. Baginya, dengan realisme ia lebih bebas mengekspresikan isi pikirannya. Namun ia tak menutup kemungkinan bahwa ke depan ia akan beralih ke genre seni rupa lainnya.

”Seseorang pasti akan mencapai titik jenuh. Saya pun bisa begitu. Namun untuk saat ini saya sedang menikmati realisme. Suatu hari bisa saja saya mencoba untuk melukis dengan gaya berbeda,” ujarnya.

Samsi yakin bahwa pelukis yang menguasai realisme dengan baik, maka akan lebih mudah mengarahkannya ke genre lain. ”Sebab, realisme adalah teknik dasar yang harus dikuasai. Baru kemudian bisa melangkah ke mana saja,” pungkasnya. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas)

Tags :
Kategori :

Terkait