Kawasan utara Surabaya memiliki pelabuhan, pangkalan militer, sampai pantai wisata. Namun, di sana, juga ada sebuah tempat peribadatan berupa pagoda. Disebut-sebut mirip dengan apa yang ada di Beijing, Tiongkok. Finalis Koko Cici Jawa Timur 2021 Olivia Budiman dan Michael Santoso mencoba mengenalkan kembali bangunan itu kepada publik.
PAGODA itu berada di dalam kawasan Pantai Ria Kenjeran. Bentuknya akan otomatis mengingatkan kita pada Temple Of Heaven (Tian Tan), yang ada di Beijing. Tak mengherankan, pagoda ini memang duplikat dari Tian Tan. Namanya Pagoda Tian Ti. Mulai dari warna, ornamen, hingga ukiran-ukiran naga yang ada di sana dibuat sama persis dengan aslinya.
’’Pagoda Tian Ti ini boleh dibilang sebagai salah satu penarik wisatawan di kawasan Kenjeran. Tingginya 58 meter, dan lebarnya 60 meter. Warnanya disamakan seperti Pagoda Tian Tan di Beijing,’’ Olivia memaparkan.
Ini kali pertama dia berkunjung ke pagoda tersebut. Kesan pertama dia adalah takjub. Sebab, meskipun sudah sering melihat di foto, sensasi berkunjung langsung sangat berbeda. Ukuran bangunan ternyata sangat besar. Melebihi ekspektasi dia.
Yang menjadikannya berbeda dari kebanyakan pagoda, bagian dalam tempat itu kosong. Tidak ada tanda-tanda bahwa itu adalah tempat peribadatan. Padahal biasanya pagoda dijadikan sebagai tempat ibadah masyarakat Tri Dharma. Dengan dibiarkan kosong, menurut Olivia, malah bagus. Karena dapat mengundang masyarakat dari berbagai latar belakang untuk datang.
Benar saja. Olivia mendapati para pengunjung bercengkerama di sekitarnya. Mereka menikmati suasana teduh yang ditawarkan bayangan pagoda. Sembari mengagumi arsitekturnya. Banyak penjual makanan, jajanan, dan sebagainya. Mereka berkumpul bersama, tidak peduli beragama apa.
’’Di belakang itu sebetulnya ada gambar naga yang cantik. Letaknya ada di pinggir tangga. Tapi sayang ketutupan pohon, jadi kurang bisa terekspos.’’ Jelas Olivia. ’’Overall, Pagoda Tian Ti bisa jadi rekomendasi tempat kunjung bagi wisatawan yang ada di kawasan Kenjeran,’’ lanjut dia.
Hal senada disampaikan Michael Santoso. Ia melihat, tidak hanya warga Tionghoa ada berkunjung ke pagoda itu. Semua kalangan datang. Menikmati suasana sekaligus meresapi kemegahan bangunan tiga tingkat itu. Di depannya terbentang lapangan sangat luas yang cocok untuk bermacam aktivitas.
Waktu ia datang, ia sudah terhibur oleh pemandangan sekelompok remaja yang sedang membuat video tarian. Mereka memaksimalkan betul area lapang di depan pagoda tersebut. Pengambilan konten berlatar bangunan megah memang sudah biasa dilakukan di sana. Tak terhitung pula pasangan yang memilihnya sebagai lokasi foto pre-wedding.
’’Pagoda Tian Ti ini terbukti bisa memberikan dampak positif pada masyarakat sekitar. Warga setempat bisa berdagang dan beraktivitas di lapangan luas depan pagoda. Sedangkan pengunjung bisa bebas berinteraksi dengan mereka,’’ papar Michael. ’’Saya dapat melihat pengunjungnya datang dari bermacam latar belakang,’’ imbuhnya.
Masyarakat setempat juga menyambutnya dengan ramah. Mereka murah senyum dan enak diajak ngobrol, meski ia hadir saat sedang gerimis. Niatnya untuk mempromosikan Pagoda Tian Ti jadi sangat terbantu.
Berbeda dengan Olivia yang baru sekali mengunjungi Pagoda Tian Ti, bagi Michael, kunjungan kali ini penuh rasa nostalgia. Semasa kecil, ia beberapa kali diajak ke sana oleh keluarganya. Namun, tentu ada beberapa perbedaan yang terjadi pada pagoda, jika dibandingkan dengan saat baru diresmikan 11 tahun lalu. Saat Michael kali pertama berkunjung.
’’Perbedaan paling kentara ada di sekitar pagoda. Sekarang sudah rimbun. Banyak tumbuhan. Lalu pagarnya ada yang ditutup sebagian. Tampaknya akan ada fasilitas tambahan. Jadi lebih bagus dan nyaman,’’ paparnya. ’’Semoga bikin Pagoda Tian Ti jadi makin bagus di masa mendatang,’’ harapnya.