Serbasaling Menggugah Semangat

Sabtu 27-11-2021,04:48 WIB
Editor : Heti Palestina Yunani

Seperti judulnya, Bahana Mahardhika, 34 pelukis yang tergabung dalam Ikatan Wanita Pelukis Indonesia (IWPI) Jawa Timur terlihat ’merdeka’ berkarya. Dalam pameran yang digelar di Galeri Prabangkara Surabaya, mereka memajang 55 karya. Muatan Bahana Mahardhika pun terasa.

Tema besar pameran diambil dari bahasa Sansekerta. Bahana dalam KBBI berarti suara yang berkumandang, bergema, atau riuh rendah. Sedangkan Mahardhika berarti berilmu, berbudi luhur atau merdeka.

”Kalau diartikan, tema tersebut kami pilih karena kami ingin menjadi perempuan yang merdeka. Merdeka dalam berkarya dan menuangkan imajinasi tentu saja. Enggak peduli ada penghalang,” ujar Esti S Adrian, ketua IWPI Jatim.

Sejak didirikan pada 2015, IWPI Jatim sangat aktif mengadakan pameran lukisan. Sebenarnya, setiap tahun setidaknya sekali atau dua kali pameran digelar. Pameran ini pun sedianya diselenggarakan pada 20 Agustus 2020. Menyesuaikan tema dengan nuansa Hari Kemerdekaan. Namun baru tahun ini terealisasi. ”Alhamdulillah akhirnya bisa digelar,” ujar Esti.

Masdibyo di samping karya Anny Rachmiani Djon persama para pelukis peserta pameran ”Bahana Mahardhika” saat pembukaaan pada 20 November. (IWPI Jatim untuk Harian Disway)

Bahkan selama pandemi, IWPI beberapa kali menyelenggarakan pameran secara online. Mengunggah karya masing-masing peserta lewat media sosial. Itulah mengapa tema Bahana Mahardahika tetap dipertahankan.

Dibuka oleh Masdibyo pada 20 November lalu, pameran yang diikuratori Agus Koecink itu disemangati oleh perupa asal Tuban itu. ”Kuncinya, percaya diri dan terus berproses. Jangan berhenti. Nanti akan menemukan kepercayaan diri dalam goresan,” ujarnya, menyemangati.

Masdibyo menyebut bahwa para pelukis perempuan harus senantiasa konsisten dalam melukis. Selain itu wajib memiliki rasa bangga terhadap karyanya sendiri.

”Senyuman Putera Sang Fajar”, lukisan karya Susy Zackia, perupa dari Lumajang yang diapresiasi Masdibyo. (IWPI Jatim untuk Harian Disway)

Gambaran semangat para perupa yang tetap berkarya dalam situasi apa pun itu memang terasa. Seperti karya pelukis Nuniek Silalahi. Dia menyertakan lukisan berjudul Secercah Cahaya. Sinar matahari menyorot rimbun dedaunan dan bebungaan yang merekah.

Ovy Kupubiru menampikan lukisan berjudul Tentang Pohon. Tergambarlah hutan dengan pohon-pohon yang berdiri tegak serta semak belukar yang ditumbuhi bunga-bunga di sekitarnya.

Masdibyo mengamati karya Nabila Dewi Gayatri yang dominan menggambar sosok panutan Gus Dur. (IWPI Jatim untuk Harian Disway)
 

Dalam Wonderful Life, Hermin Fuji Kristanti menunjukkan gaya dekoratif yang detail dan paduan antara warna cerah yang mengalir. Tergradasi dalam warna gelap. Objek gedung dan tanaman menunjukkan sisi sinergitas antara pembangunan yang berjalan seiring dengan kelestarian lingkungan.

Satu yang menarik adalahkarya yang dibuat dengan teknik enamel pada kaca. Judulnya Santai Bro. Karya Rina Kurniyati dari Yogyakarta. Bentuk gambarnya seperti reklame iklan populer dengan kalimat: LO YANG SALAH LO YANG GALAK.

Rina dengan apik memasukkan nuansa hujan sehingga seolah penikmat menyaksikan reklame tersebut dari kaca jendela yang basah oleh bulir-bulir hujan.

Para peserta pameran foto di depan dua lukisan bergambar air terjun karya Sri Muhartini dan pemandangan alam papua karya Ovy Kupubiru. (IWPI Jatim untuk Harian Disway)

Tags :
Kategori :

Terkait