Selain saling menyemangati, Bahana Mahardhika menjadi perekat silaturahmi antar-anggota. ”Kami di sini saling belajar, saling sharing, saling mengapresiasi, dan menjalin kontak dengan para pengunjung. Tak lupa mengasah skill,” terang Esti.
Karena itu di tengah pameran yang berlangsung hingga 28 November, ada kegiatan on the spot, pada Rabu (24/11). Sekitar sepuluh pelukis perempuan melukis bersama di ruang lantai satu galeri.
Disediakan buah-buahan seperti apel, pisang, jambu, buah naga dan pernak-pernik lainnya. Ditata di atas kain putih yang dibentangkan di karpet ruangan galeri. Properti itulah yang dipakai untuk melukis dengan tema still life atau alam benda.
Aimee Tri melukis buah jambu dengan teknik bayangan gelap-terang yang cukup baik. Ia menggunakan media cat air. ”Ukuran kuas yang saya bawa bermacam-macam. Untuk memberi detail pada setiap sudut objek,” ujarnya.
Dari sudut lain, Irdina Larasanti melukisnya dengan memberi latar suasana ruang keluarga, lengkap dengan vas bunga, meja serta berbagai pajangan dinding. Sebuah jendela berada di belakang lukisannya.
Di tengah pameran, para peserta pameran menyempatkan on the spot. Hasilnya tampak ditunjukkan dengan gayanya yang berbeda. (IWPI Jatim untuk Harian Disway)
Dengan imajinasinya, dia memperlihatkan langit senja serta matahari yang hendak tenggelam. ”Karena kalau dilukis secara biasa saja, saya rasa akan terlihat sepi. Jadi saya tambahkan objek lain sesuai bayangan saya,” ungkapnya.
Selain berpameran dan on the spot, IWPI mengisi agenda dengan kegiatan sosial. Salah satunya membantu korban bencana alam dan memberi donasi pada beberapa panti asuhan di berbagai daerah di Jawa Timur.
Lewat pameran, IWPI Jatim ingin agar perempuan makin berdaya, berkarya, bersemangat. ”Semoga keberadaan kami semakin menyemarakkan ingar-bingar dunia seni rupa Nusantara, khususnya di Jawa Timur,” tegas Esti. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas)