Sementara itu, cakupan vaksinasi anak usia 6-11 sudah dimulai sejak Rabu lalu. Kini total 48.087 anak dalam rentang usia tersebut sudah disuntik dosis pertama. Setara 1,37 persen dari total target 3.586.141 anak.
Percepatan vaksinasi anak itu punya hambatan. Bukan karena stok vaksin yang terbatas. Tetapi, karena masih banyak orang tua yang khawatir bila anak-anaknya divaksin. ”Itu yang masih jadi PR kita semua,” ucap Kepala Dinas Kesehatan Jatim Erwin Astha Triyono.
Maka pihak sekolah mesti mengatur strategi. Melakukan pendekatan khusus kepada setiap orang tua siswa yang masih khawatir. Upaya sosialisasi harus digencarkan. ”Jadi perlu edukasi dan itu pasti butuh waktu,” katanya.
Menurutnya, ada beberapa faktor kekhawatiran orang tua tersebut. Yang paling banyak dikarenakan masih ragu terhadap keamanan vaksin. Para orang tua takut anak-anaknya mengalami gejala berat setelah disuntik.
Sekretaris Komite Daerah (Komda) Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Jatim Dominicus Husada memastikan bahwa vaksin bagi anak sangat aman. Terbukti di beberapa negara yang sudah jauh-jauh hari menggelar vaksinasi tersebut.
Misalnya, Chili, Tiongkok, dan Uni Emirat Arab. Sejauh ini, memang ada KIPI yang dialami anak-anak. Namun, bukan KIPI yang berhubungan langsung dengan vaksin. Tidak ada KIPI yang berat. ”Anak disuntik vaksin merasa sakit lalu nangis, itu termasuk KIPI,” katanya.
Dominicus merekomendasikan agar para orang tua merelakan anak-anak untuk divaksin. Ada beberapa manfaat dari vaksinasi itu. Yakni perlindungan bagi anak sehingga tidak menjadi carrier penularan kepada orang lain. ”Terakhir, percepatan vaksinasi anak akan ikut mempercepat kekebalan kelompok,” ungkapnnya. (Mohamad Nur Khotib)