Bagian rahang dari tuna yang diolah oleh Kurniawan menjadi sajian kuliner baru dari Kamatuna. Selain nasi yang punel, seporsi rahang tuna bakar dilengkapi dengan dua macam sambal yaitu dabu-dabu dan rica-rica.
Rahang tuna yang disajikan adalah seperempat dari rahang tuna utuh sebenarnya. Dalam satu porsi, tulangnya sendiri paling banyak hanya sekitar 65 gram. Sehingga, cukup banyak daging tuna yang bisa dinikmati dalam setiap potongnya.
Tulang rahang yang ikut terbakar juga jadi bagian yang nikmat. Bila dibakar merata dan dengan kematangan yang pas plus sedikit sensasi gosong di bagian bawahnya, ada kekhasan rasa yang unik.
Tak mudah meyakinkan pelanggan tentang sajiannya itu. Sambil berjualan, Wawan memberikan edukasi kepada pelanggannya. Terutama yang baru pertama kali mencoba. ”Awal-awal dulu banyak juga yang menolak mencoba karena merasa tidak yakin,” terangnya.
Namun, Wawan punya strategi. Seperti gencar mengunggah kenikmatannya di media sosial. Lantas mengajak para influencer untuk mengenalkannya. ”Akhirnya, menu dari ujung timur Pulau Sulawesi ini sudah mulai ada penggemarnya di Surabaya. Malah pemesanan dari luar kota makin banyak karena kami juga melayani frozen,” paparnya.
Dine In
Bila semula dipasarkan hanya dari dari mulut ke mulut, dikabarkan dari teman satu ke yang lain, dan secara online, beberapa pelanggan meminta Wawan membuka dine in atau makan di tempat.
Usulan itu mendorongnya mencari lokasi yang bisa bekerja sama menyajikannya. ”Sekarang Kamatuna bisa dinikmati di Resto Bangji, di Jalan Sidosermo Airdas 27A Surabaya, dekat Polsek Wonocolo di daerah Jemursari,” ujarnya.
Kehadiran layanan dine in itu membuat seorang pelanggan, Fifin Maidarina, gembira. Travel writer itu sangat menyukai rahang tuna bakar Kamatuna sejak mencicipinya pertama kali.
”Saya enggak menyangka dagingnya sebanyak itu. Awalnya ragu karena belum pernah mencoba. Ternyata tebal banget,” ungkap travel writer itu.
”Begitu dibuka dine in, saya lebih suka makan di tempat, sekarang. Makin nendang soalnya,” paparnya.
Pelanggan yang lain, Retno Joyodisastro, menyukai sambalnya yang sangat pedas. ”Cocok dengan rahang tuna bakar. Bikin makin terasa bakarannya. Mulut rasanya terbakar tapi puas,” kata pelaku bisnis di bidang kuliner yang tinggal di Sidoarjo itu.
Begitu juga Retno Wilis. Ketua komunitas penulis Perlima, itu telah berkali-kali memesan Kamatuna. ”Menyantap rahang dengan aroma asap yang mantap. Sambal dabunya nendang. Porsi nasi putihnya pas,” tuturnya.
Melihat respons pelanggan yang positif, Wawan tentu saja yakin Kamatuna akan merebut perhatian pecinta kuliner Surabaya.
”Meskipun layanan online masih banyak lewat @kamatunasby atau https://bit.ly/PesanKamatuna, saya berencana membuka cabang lain agar dapat lebih dekat dengan pelanggan,” tegasnya.