Pembegal Polisi dan Teori Kriminologi Pembegal

Kamis 17-02-2022,04:00 WIB
Editor : Yusuf M. Ridho

Kenakalan laten, menurut Aichhorn, hasil dari sosialisasi masa kanak-kanak yang tidak memadai dan memanifestasikan dirinya dalam kebutuhan untuk kepuasan segera (impulsif), kurangnya empati terhadap orang lain, dan ketidakmampuan untuk merasa bersalah.

Pelaku kriminal yang kejam adalah individu yang tidak dapat mengendalikan dorongan impulsif. Juga, pencarian kesenangan mereka yang harus segera terpenuhi.

Teori Aichhorn itu lahir di Wina, Austria, pada 1935. Kemudian, jadi bahan analisis kriminologi di Eropa.

Dari teori itu, disimpulkan: Penjahat itu impulsif, kurang empati (tidak merasakan perasaan orang lain), dan tidak merasa bersalah.

Paparan Aichhorn sekilas cocok dengan kondisi psikologis para pembegal polisi di Bekasi itu. Korban sudah tumbang berdarah-darah di aspal, masih dihajar celurit. Bagi pelaku, terpenting bisa mencuri motor korban.

Mengapa anak baru gede itu bisa begitu kejam?

Pakar psikologi dan otak manusia Prof John F. Edens dari Texas A & M University, Amerika Serikat, melakukan riset terhadap residivis perampok remaja yang dipenjara di Texas pada 1990 sampai 2005.

Hasilnya, diagnosis remaja yang psikopati adalah prediktor kuat kekerasan masa depan, di saat para remaja itu dewasa.

Yang mengejutkan, para bandit muda itu bisa jadi penjahat karena masa balita mereka yang tidak bahagia.

Edens menyatakan bahwa sejumlah faktor pada anak usia dini dapat berkontribusi pada pengembangan kepribadian psikopat atau sosiopat (jenis penyakit jiwa) di saat mereka dewasa.

Faktor-faktor itu termasuk memiliki orang tua yang tidak stabil secara emosional. Penolakan orang tua. Kurangnya cinta selama masa kanak-kanak. Serta disiplin yang tidak konsisten.

Anak-anak kecil –dalam tiga tahun pertama kehidupan– yang tidak memiliki kesempatan untuk ikatan emosional dengan ibu mereka, atau mengalami perpisahan tiba-tiba dari ibu mereka, atau melihat perubahan dalam sosok ibu mereka, berisiko tinggi jadi psikopat.

Menyimak hasil riset Edens, jadi menggelisahkan jika melihat pengamen anak-anak di jalanan kota besar Indonesia. Menyebar di mana-mana. Apalagi, pada bayi yang diajak mengemis.

Kemiskinan bukan penyebab langsung orang jadi bandit. Melainkan situasi miskin jadi penyebab kondisi bayi-bayi hidup tidak gembira. Digendong, mengemis di jalanan.

Seumpama riset Edens valid, kita patut gelisah. (*)

 

Tags :
Kategori :

Terkait