Awareness tentang Alien

Selasa 22-02-2022,04:11 WIB
Editor : Heti Palestina Yunani

Pertemuan tatap muka antar-komunitas pemerhati UFO maupun alien yang ada di Indonesia yang sering digelar utamanya sebelum pandemi datang.

Beberapa kali sebelum pandemi Covid-19, ada sekian acara BETA UFO Indonesia yang diadakan secara luring. Untuk periode ini, ia mengusahakan agar komunitas itu bisa meninjau langsung tempat-tempat yang disinyalir terdapat kronik, jejak-jejak, dan fenomena UFO serta alien. Menyibak sisi misteri yang tersimpan di dalamnya.

Sebut saja, kemunculan UFO dan humanoid misterius di Pulau Alor pada 1959, Crop Circle di Jawa Tengah pada tahun 2011an, dan UFO di Gelora Bung Karno yang dikejar oleh para murid-murid di sanggar Swara Mahardika pada ’1970an, menjadi penemuan mengejutkan dari BETA UFO Indonesia yang belum diketahui publik.

”Yang bisa saya sampaikan lebih ke agenda BETA UFO Indonesia atau skala nasional ya yaitu tetap melakukan pengumpulan data, pengadaan seminar offline dan online, serta peningkatan awareness akan fenomena UFO dan alien yang ada di tanah air,” tegas lelaki yang tinggal di Surabaya itu.

Ditegaskannya, komunitasnya bukan sejenis UFO Cult atau mengultuskan UFO. Tapi, lebih sebagai pemerhati UFO dan alien. Banyak anggota yang bergabung dari kalangan astronom, dosen, pengajar, dan semacamnya. Mereka semua hobi membaca, berdiskusi, serta mengkaji alien.

Saat ini jumlah anggota yang aktif bergabung di kegiatan BETA UFO Indonesia. ”Sekitar 20-30 orang yang giat berkumpul. Namun, sejak pandemi Covid-19 agenda berkumpul menjadi kurang. Jadi kalau yang aktif sekitar 10 orang itu sudah bagus,” katanya.

Setelah awareness masyarakat meningkat, motivasinya dapat berkolaborasi dengan komunitas serta pemerhati UFO yang ada di tingkat Asia Tenggara. Sehingga, dapat saling berkolaborasi dalam mengembangkan kajian-kajian terbaru soal alien. Syukur, bisa memecahkan teka-teki UFO dan alien yang sejauh ini tampak misterius.

”Usai itu, kita bisa coba yang lebih luas lagi. Minimal untuk kepengurusan ini, bisa sampai ke Asia Tenggara. Soalnya, ada komunitas pemerhati UFO dari Hong Kong dan Thailand. Serta, di Malaysia ada pula,” ujarnya.

Nur Agustinus saat mengadakan acara seminar terkait UFO dan alien di Ma Chung University pada 2018 silam.

Dalam mencapai rencana itu, ada kendala. Di antaranya kurangnya orang-orang kompeten yang berkeinginan membantu BETA UFO Indonesia. ”Kami membutuhkan banyak orang yang pandai menganalisis digital forensik dan meneliti foto palsu. Kami sangat perlu peran mereka,” katanya.

Hal itu penting karena komunitas BETA UFO Indonesia serius dalam mengkaji penampakan alien. Tidak sekadar menerima semua fenomena UFO. Sehingga perlu sumber daya manusia (SDM) yang ahli dalam bidang analisis gambar dan video.

”Apakah itu hanya tipuan lampu? Atau hanya efek bokeh? Atau justru memang mainan? Kami tetap melakukan kajian tentang itu. Kami serius bukan fans berat UFO. Tapi kami masih melakukan analisis,” jelas lelaki berkacamata itu. (Heti Palestina Yunani-Rangga Prasetya)

Tags :
Kategori :

Terkait