Kota Surabaya sudah masuk PPKM level 1 sejak beberapa bulan belakangan. Sekolah dan kampus perguruan tinggi pun sudah boleh menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen. Untag Surabaya memulainya Selasa, 21 Juni 2022.
---
Tidak berlebihan jika PTM dirayakan. Apalagi bagi mahasiswa baru. Yang baru berkenalan dengan teman sekelas secara tatap muka di semester 2 saat ini. Sebab semester 1 sebelumnya mereka hanya bisa berjumpa secara virtual.
“Lebih lega bisa ketemu teman-teman. Dan bisa kuliah masuk kelas,” kata Ifsaq Ibnu Ahmad, mahasiswa semester 2 jurusan Teknik Sipil. Ia bersama puluhan temannya baru menerima satu mata kuliah umum (MKU) di ruang 2, Gedung Q Fakultas Teknik, Selasa, 21 Juni 2022.
Dosen Psikologi Karolin Rista mengenakan kebaya dan kain saat mengajar di kelas.-BOY SLAMET-Harian disway-
Ada yang tak biasa di kelas itu. Karolin Rista, dosen pengampu MKU, mengenakan baju daerah. Dengan atasan kebaya kuning. Berpadu dengan bawahan kain biru bermotif batik Indonesia Timur.
BACA JUGA:Rektor Profesor jadi Kado Untag Surabaya
Kampus Merah-Putih itu seperti sedang menggelar acara festival kebudayaan, kemarin. Sebab yang berbaju daerah tak hanya dosen. Tetapi juga seluruh karyawan.
Seperti dua orang yang ditemui di depan pintu lift lantai pertama Gedung Rektorat. Yakni Vicho Afrya Diharja dan Setiyono. Keduanya adalah sopir Yayasan Untag Surabaya.
Vicho memakai baju warok reog Ponorogo. Sedangkan Setiyono memakai atasan lurik biru dan bersarung batik motif wayang. “Kalau saya dari Ponorogo dan Pak Setiyono dari Jogja,” ungkap Vicho.
Baju adat yang dipilih karyawan Untag Vicho Afrya Diharja (kiri) dan Setiyono (kanan).-BOY SLAMET-Harian disway-
Begitu juga dengan Rektor Untag Surabaya Prof Mulyanto Nugroho. Ia mengenakan baju adat Bali. Lengkap dengan udeng ungu dan sarung hitam dipadu dengan kamen ungu.
Menurutnya, program berpakaian daerah itu sudah berlangsung sejak 2018. Diterapkan setiap Selasa pada minggu ketiga setiap bulan. Namun, sempat berhenti dua tahun gara-gara pandemi.
“Karena Untag ini kampus nasionalis. Ini juga untuk nguri-uri kebudayaan bangsa. Bhinneka tapi tetap satu jua. Gak bisa sentris pada agama apapun,” jelas pria kelahiran Magetan itu.
Rektor Untag Mulyanto Nugroho (kiri) mengenakan pakaian adat Bali saat tiba di kampus. -BOY SLAMET-Harian disway-