Mengenal Entrepreneurs' Organization (10): Denny Yan Pernah Tolak Gaji Rp 60 Juta per Bulan

Jumat 08-07-2022,07:48 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Tomy C. Gutomo

PT Gusse yang bergerak di bidang water, waste, dan energy berhasil bangkit dari keterpurukan. Setelah sempat menanggung utang miliaran rupiah. Ketekunan dan dedikasi menjadi modal utama Denny Yan Rustanto, anggota Entrepreneurs' Organization (EO) Chapter Indonesia East.

---

JIWA bisnis Denny Yan Rustanto sudah muncul sejak remaja. Di usia 13 tahun, ia sudah memanfaatkan hobinya sebagai sumber pendapatan. Yakni dengan menjual properti digital game online.

Labanya tak terlalu besar. Namun, lebih dari cukup untuk tambahan saku bagi remaja tanggung sepertinya. Apalagi barang yang dijualnya itu tak butuh modal kulakan.

Rupanya, bibit itu terasah dengan baik kelak. Tepatnya ketika Denny lulus menjadi Sarjana Teknik Lingkungan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada 2013 silam. Kemudian lanjut menempuh pendidikan pascasarjana Manajemen Teknologi di kampus yang sama.

"Tapi, nggak sampai lulus. Saat ini saya masih S-1 aja,” kata pria kelahiran 1990 itu. Denny mendapat tawaran kerja di berbagai perusahaan. Baik dalam maupun luar negeri. 

Salah satunya yang terbesar adalah dari Health Safety Environment (HSE), perusahaan energi di Qatar. Dengan tawaran gaji bersih sebesar Rp 60 juta per bulan. Tentu Denny girang bukan main.

Ia sudah membayangkan menjadi jutawan di masa muda. Tinggal berangkat dan kerja untuk beberapa tahun. Lalu pulang untuk membangun perusahaan. Begitulah impiannya.

Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Episode hidup yang dilalui jauh dari kenyamanan. Denny tak mendapat izin lantaran sang ayah butuh bantuannya.

Sang ayah baru saja mengalami kebangkrutan di perusahaan lamanya. Yakni sebagai kontraktor proyek pembuangan limbah, engineering lingkungan dan pabrik kimia. Perusahaan lama itu menanggung utang Rp 13 miliar.

Sebagian aset sudah dijual. Dan tetap saja belum bisa mencukupi kebutuhan pelunasan. Akhirnya, sang ayah membangun perusahaan baru: Gusse. “Saya nggak bisa nolak. Meski sebetulnya saya punya hak untuk kerja di luar,” kata Denny..

Perjuangan Denny pun dimulai. Perjalanannya penuh terjal. Gaji pertama Denny di perusahaannya sendiri itu jauh dari sejahtera. Ia hanya menerima Rp 1,4 juta per bulan.

Angka itu sangat kecil bahkan dibandingkan dengan karyawan lain yang rata-rata Rp 5 juta per bulan. Sementara teman sepergaulan Denny di luar, pendapatannya sudah dua digit. 

"Teman-teman saya mobilnya baru-baru. Saya beli motor saja susah,” kenangnya lantas tertawa. Denny pun mendadak sedih. Ia terkenang masa sulitnya. Bahkan pernah berutang pada sahabatnya untuk sekadar kebutuhan makan. Padahal kondisi ekonomi sahabatnya itu jauh di bawahnya.

Di momen itu, ia merasa kecil hati. Lambat laun motivasinya muncul. Ia makin serius mengurus Gusse. Tantangannya cukup berat. Terutama dari internal perusahaan. 

Denny berhadapan dengan para staf yang tidak kompeten. Ia sering dianggap asal kerja dan hanya bisa membebek pada ayahnya. "Padahal, ayah yang minta saya bantu karena butuh pandangan lain. Tapi, saya sering nggak dihargai oleh stafnya,” ungkap pria 32 tahun itu.

Kategori :