SELAIN sibuk berbisnis, Vinsensius Awey juga aktif berpolitik. Pria yang hobi bersepeda tersebut pernah satu periode jadi anggota DPRD Kota Surabaya: dari 2014 sampai 2019. Ia kini wakil ketua DPW Partai Nasdem Jawa Timur bidang media dan komunikasi publik.
"Tujuan saya masuk ke panggung politik ialah karena ingin membawa perubahan," kata Vinsen. Ia mau menjadi politisi yang seperti dibilang pepatah Tiongkok, “雪中送炭” (xuě zhōng sòng tàn): mengirim arang saat salju. Memang tidak akan menghentikan salju yang turun. Tetapi, paling tidak, memberikan kehangatan di tengah kedinginan.
“Tentu saya sadar tidak mudah mengubah air kopi menjadi bening. Tapi setidaknya kehadiran saya tidak menambah kepekatan air kopi itu sendiri,” lanjut Awey.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Pimpinan Milliana Education Center Makassar Milly Rumantir: An Fen Zhi Zu
Awey paham, tingkat kepercayaan publik terhadap politikus sangatlah rendah. Di mata sebagian besar masyarakat, politik merupakan lahan kotor. Jika ditanya adakah politikus yang bersih, mayoritas mungkin akan menjawab dengan geleng-geleng kepala.
Sulit disalahkan. Sebab, yang ditunjukkan tidak sedikit politikus selama ini agaknya lebih banyak hal-hal jelek ketimbang hal-hal baik. Kita sering kali disuguhi potret politikus yang masih masih bisa senyum-senyum di depan kamera kendati tertangkap KPK karena korupsi.
Awey tidak ingin memperkeruh dunia politik dengan laku-laku tak terpuji begitu. Makanya, ia terkenal kritis terhadap kebijakan-kebijakan yang dinilainya tidak memihak rakyat. Ia barangkali yakin pada apa yang dipetuahkan kitab Shujing (书经), "民为邦本，本固邦宁" (mín wéi bāng běn, běn gù bāng níng): rakyat adalah fondasi negara; jika fondasinya kuat, maka negara akan sentosa. (*)