Menghilangkan Overthinking dengan Stoikisme

Jumat 02-09-2022,10:23 WIB
Reporter : Nur Annisa
Editor : Salman Muhiddin

Apakah anda termasuk orang yang terus memikirkan hal yang telah berlalu. Atau cenderung memikirkan prediksi negatif di masa mendatang. Hati-hati dengan gejala overthinking yang sangat melelahkan dan membuang waktu itu.

Memang tak mudah mengubah kebiasaan itu. Namun sikap overthinking yang terus dipelihara bakal menghambat begitu banyak aspek kehidupanmu.

Salah satu solusinya adalah memahami filsafat stoikisme: yakni filosofi yang mengajarkan bagaimana menjaga pikiran yang tenang dan rasional tidak peduli apa yang terjadi pada diri anda. Filosofi ini membantu anda memahami dan fokus pada apa yang dapat anda kendalikan dan tidak khawatir tentang dan menerima apa yang tidak dapat dikendalikan.

Ada empat prinsip dasar dalam stoikisme:

  • Tuhan itu selalu peduli pada seluruh makhluk hidup.
  • Hidup dengan penuh kebijaksanaan itu sangat penting untuk kebahagiaan kita.
  • Alam semesta bekerja di dalam suatu harmoni, jadi kita juga harus hidup harmonis bersama dengan alam. 
  • Semua yang terjadi di dunia ini pasti ada alasannya, baik itu hal baik ataupun hal buruk, semua itu pasti sudah diatur oleh sesuatu yang memiliki kekuatan yang besar melebihi segala yang ada di alam semesta ini.

Dilansir dari Dilansir dari Psychology Today, Donald J. Robertson, seorang cognitive-behavioral therapist (CBT), menyebutkan bahwa stoikisme merupakan aliran filsafat yang menjadi inspirasi untuk praktek CBT. 

Prinsip hidup stoikisme pun membantu manusia agar mampu hidup tanpa rasa cemas yang berlebihan. Nah, berikut ini beberapa keuntungan lainnya yang akan didapatkan ketika menerapkan prinsip stoikisme dalam kehidupan:

1. Bisa berpikir realistis
 alam semesta tidak pernah berangkat untuk mengejutkan orang, jadi kita harus selalu siap ketika rencana kita jauh dari kenyataan.  Pikiran selalu menuntun ke arah positif yang membuat anda tidak jalan di tempat atau malah mengalami kemunduran.

2. Jangan terlalu khawatir tentang apa yang orang lain pikirkan tentang diri kita. 
Dalam laporan Psychology Today, Robert Taibbi, seorang terapis yang berspesialisasi dalam pasangan, keluarga, dan pengawasan klinis, mengatakan prinsip hidup yang tabah ini memungkinkan seseorang untuk mengendalikan hanya apa yang dapat dikendalikan kendalikan. Sementara itu, jangan terlalu memikirkan hal-hal yang berada di luar kendali anda. Termasuk pikiran orang.

3. Lebih mudah untuk mensyukuri suatu hal dalam hidup
. Prinsip tabah mengajarkan kita untuk memahami dan menerapkan arti kejujuran. Seperti dilansir Lifehack, pengusaha dan CEO perusahaan makanan Scott Christ mengatakan prinsip ketabahan mengajarkan orang untuk bersyukur atas apa yang mereka miliki.

Juga, jangan terlalu khawatir tentang apa yang tidak bisa Anda dapatkan. Karena prinsip hidup seperti itu bisa membuat orang lebih bersyukur memiliki semua yang dimilikinya saat ini.

Dengan rasa syukur, hidup pasti akan menjadi lebih tentram dan bahagia. Ini juga membantu kita merasa kenyang dalam hidup dan lebih mudah memaknai hidup dan apa yang sudah kita miliki.

 

4. Stokisme adalah obat untuk stres dan depresi. 
Prinsip ketabahan juga mempengaruhi kondisi mental. Stoikisme dianggap sebagai penangkal stres dan depresi. Donald J. Robertson mengatakan bahwa jika beberapa psikolog menyebut stoikisme sebagai cawan suci kesehatan mental, inilah mengapa prinsip-prinsip stoikism juga berlaku untuk psikologi terapi CBT.

Prinsip ketabahan mengajarkan kita untuk selalu jujur, tenang, dan mengendalikan apa yang bisa kita kendalikan.Donald menambahkan, hal itu dapat membangun ketahanan emosional seseorang. Tidak heran para stockists mengalami lebih sedikit stres dan depresi.

5. Bisa lebih Menghargai dan mencintai dirimu sendiri. Sebab, prinsip stoikisme mengajarkan orang untuk menerapkan cinta—untuk mencintai takdir dan takdirnya sendiri. Mencintai takdir dan takdir dalam hidup memungkinkan anda untuk lebih memahami keberadaan anda di dunia ini. (Nur Annisa)

Kategori :