Program RCEE Kota Surabaya-MKPU di 10 Kelurahan; Intervensi Komunikasi untuk Perubahan Perilaku Sosial

Selasa 06-09-2022,23:56 WIB
Reporter : Siti Asfiyah MKP
Editor : Heti Palestina Yunani

Kasus Covid-19 telah menurun secara signifikan pada Mei 2022. Situasi ini membuka wacana transisi dari status pandemi ke endemik. Ada beberapa pekerjaan yang perlu ditangani agar Indonesia pulih lebih cepat bangkit lebih kuat. 

Majelis Pembina Kesehatan Umat (MKPU) Pimpinan Pusat Muhammadiyah berkeja sama dengan UNICEF menginisiasi program Penguatan Kelembagaan Intervensi Komunikasi Risiko dan Keterlibatan Masyarakat dalam mendukung penanggulangan pandemi Covid-19.

Dalam melaksanakan kegiatan tersebut, Tim Risk Communication and Community Engagement (RCCE) Kota Surabaya dan MPKU terinspirasi dengan Surat As-Saff ayat 4; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. 

Pada 2 September lalu, telah dilakukan udiensi dengan Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Surabaya. Menyamakan persepsi program adalah agenda utama yang harus diperjelas sebelum melangkah menyusun jadwal kegiatan.
Tim RCEE Kota Surabaya dan MKPU usai diskusi dan penyusunan microplanning di Dinkes Kota Surabaya.

Menurut Rosita Dwi Yuliandari SKM MEpid, Sub Koordinator Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Kota Surabaya, bahwa capaian BIAN di Kota Surabaya per 1 September 2022 diproyeksikan sebesar 80 persen. 

Artinya masih harus dikejar untuk naik sampai dengan batas ketentuan Provinsi Jawa Timur yang 90 persen itu. ”Untuk Imunisasi dan vaksinasi yang perlu ditingkatkan adalah di wilayah Surabaya Utara dan Kawasan elit di Surabaya Barat dan Timur,” katanya.

Berdasarkan informasi tersebut maka Tim RCEE dan MKPU mencari data valid untuk kedua wilayah yang disebutkan, ternyata ada salah satu kelurahan pilot program yang masuk dalam zona tersebut.

Kesepuluh kelurahan yang menjadi pilot program RCCE itu menyasar Kelurahan Sumurwelut, Manukan Eetan, Kebraon, Kedurus, jajar Tunggal, Pagesangan, Jagir, Wonokromo, Moro Krembangan, dan Dupak. 

Dari keseepuluh itu, wilayah yang capaian BIAN-nya sudah 85 persen baru ada tiga kelurahan yaitu Sumurwelut, Dupak, dan Pagesangan. Tujuh kelurahan lain capaiannya masih antara 50-60 persen. Sehingga perlu didongkrak dalam waktu maksimal 13 September 2022 yang menjadi batas capain BIAN di angka 95 persen.

Rangkaian kegiatan lain yang sudah dilakukan Tim RCCE dan MKPU adalah pertemuan dengan stakeholder 10 kelurahan terpilih program. Bertujuan agar tersusunnya mikroplaning untuk mempromosikan pesan-pesan utama tentang perilaku pencegahan Covid-19, vaksinasi Covid-19 utamanya booster, imunisasi rutin pada anak, dan manajemen infodemik kepada masyarakat. 

Dalam model mini workshop, setiap kelurahan diajak mengidentifikasi masalah, memunculkan kegiatan, menentukan sasaran dan mengalokasikan waktu kegitan yang bisa dilakukan bersama antara pihak kelurahan, relawan, kader, dan tokoh di kelurahan tersebut.

Berbagai pemikiran dan model diskusi kelompok dilakukan oleh perwakilan masing-masing kelurahan. Misalnya Kelurahan Dupak yang kebetulan didominasi oleh laki-laki, maka mereka berdiksusi dengan duduk bersila di lantai dan merokok. ”Kalau mikir negara begini harus sambal merokok,” ujar Sutikno, koordinator relawan Kelurahan Dupak yang menggawangi diskusi. 
Gayengnya diskusi oleh bapak-bapak dari Kelurahan Dupak yang kebetulan memang didominasi oleh laki-laki.

Beda dengan perwakilan Kelurahan Jambangan. Pesertanya terdiri dari golongan muda. Mengingat sasaran edukasi Covid-19 yang sudah dilakukan setahun yang lalu adalah para anak muda yang ternyata sangat menyepelekan Covid-19. 

Maka edukasi yang dilakukan tidak lagi seputar Covid-19. Melainkan edukasi tentang bahaya narkoba, pernikahan anak, bahkan pendidikan seks. Maka saat menyusun microplanning pun mereka mencantumkan kegiatan yang berhubungan dengan remaja.

Hasil sementara microplanning yang dipaparkan oleh setiap kelurahan dalam mini workshop itu, terungkap dari sisi identifikasi masalah ditemukan bahwa rata-rata masyarakat yang tidak menjalani vaksin karena takut jarum, sisi halal haram vaksin, atau merasa dengan dua kali vaksin sudah sehat. 

Tags :
Kategori :

Terkait