SURABAYA, HARIAN DISWAY- SEKTOR energi masih menjadi primadona di pasar saham. Setidaknya, kondisi itu terjadi ketika perang antara Ukraina dan Rusia masih berlangsung. Wajar saja, karena Rusia merupakan negara penyuplai minyak dunia sebesar 13 persen.
Saham sektor yang dinilai baik adalah perusahaan batu bara dan minyak. PT Adaro Energy (ADRO), misalnya. Harga per lembar saham perusahaan tersebut per Kamis, 22 September 2022, tutup di angka Rp 4.100 per lembar. Padahal, hari itu buka di harga Rp 3.910 per lembar.
”Kalau kita lihat, saham perusahaan tersebut terus mengalami kenaikan,” kata Dicky Wibowo, pengamat pasar modal, kepada Harian Disway. Di hari yang sama, sempat mengalami penurunan harga. Di angka Rp 3.920 per lembar. Setelah itu, saham tersebut kembali menanjak.
Hingga tutup positif. Atau naik 4,86 persen. Walau 14 menit sebelum tutupnya pasar modal, harga per lembar saham perusahaan tersebut menyentuh angka Rp 4.110 per lembar. Pun, jika dibandingkan lima hari terakhir, angka tersebut merupakan angka tertinggi.
Dalam rentan waktu itu, perusahaan yang dipimpin Garibaldi Thohir tersebut, harga terendah saham perusahaannya di angka Rp 3.830 per lembar. Itu terjadi Rabu, 21 September. Sementara itu, melirik enam bulan terakhir, dua bulan ini mengalami kenaikan harga saham terbilang ekstrem.
Sebab, setiap hari angkanya selalu konsisten naik. Dari Rp 2.720 per lembar pada 1 Juli 2022. ”Menurut saya, ini sangat bagus. Mungkin, kondisinya akan berubah ketika perang di Ukraina nanti berakhir. Walau sudah ada desas-desus Rusia kalah. Tapi, itu kan baru isu,” terangnya.
Perusahaan lain yang juga tumbuh menurut Dicky adalah PT Bukit Asam (PTBA). Perusahaan batu bara yang didirikan pada 1950 itu tutup di angka positif. Yakni, Rp 4.340 per lembar atau naik 3,09 persen. Di pasar modal, perusahaan itu dibuka di angka Rp 4.220 per lembar.
”Pagi tadi (kemarin, red), 15 menit setelah dibuka, per lembar sahamnya sempat anjlok di angka Rp 4.200. Tapi, itu hanya bertahan lima menit saja. Lalu, kembali naik. Ditutup dengan angka yang sangat baik menurut saya,” ucapnya.
Walau, dalam lima hari terakhir, grafik perusahaan tersebut masih berwarna merah. Sebab, 16 September lalu, angka per lembar sahamnya berada di angka Rp 4.410. Namun, angka tersebut masih berada di bawah dibandingkan 3 Juni lalu. Yakni, Rp 4.630 per lembar sahamnya. Rekomendasi yang sama juga diberikan oleh pengamat pasar modal lainnya. Yakni, Leo Herlambang.
Hingga kini, ia masih tergila-gila dengan saham energi. Juga, saham perbankan. Belum ada yang bisa menyaingi dua komoditas saham tersebut. Walau sebenarnya, ia sempat mengantisipasi dengan isu kenaikan harga suku bunga bank dunia.
Tentu, kondisi itu, menurutnya, akan memengaruhi pasar modal. ”Seluruh harga saham pasti anjlok,” ungkapnya. Namun, kondisi itu sepertinya belum begitu berdampak di Indonesia. Sebab, data yang ia peroleh pada 16 September 2022, angka saham di tanah air masih sangat positif.
Indonesia berada di posisi pertama dari 10 negara dengan kinerja indeks saham terbaik beserta suku bunganya. Yakni, dengan harga saham 8,92 persen. Inflasi 4,69 persen dan suku bunga sebesar 3,75 persen. Pun Indeks harga saham gabungan (IHSG), Kamis, 22 September 2022, ditutup menguat. Di angka 0,43 persen ke level 7.218,91. (*)