Tur Sejarah, Radio Bekupon Dikira Kotak Pos

Senin 03-10-2022,06:04 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Noor Arief Prasetyo

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Banyak bangunan bersejarah di Kota Surabaya. Namun, tak semuanya dikenali bahkan oleh warga sendiri. Misalnya, bangunan seperti menara kecil di Jalan Kombes Pol Duryat. Bangunan itu menjulang sekitar 4 meter. Diameter tiangnya sepelukan orang dewasa. Dicat hijau seluruhnya. Bagian atasnya melingkar seperti bekupon alias kandang merpati. 

Pagi kemarin, bangunan yang terletak di taman tengah jalan itu dikerubungi puluhan orang. Sebagian di antara mereka berpakaian tentara lawas. Lengkap dengan kopiah di kepala.

BACA JUGA:Profesor Jepang Dengarkan Kisah Kampung Sayur Songo Simomulyo Baru

Yang lain, berpakaian bebas, fokus menyimak penjelasan dari seseorang. Inilah para peserta program Telusur Tegalsari. Digelar oleh komunitas Roodebrug Soerabaia dan Surabaya Walking Tour. Dengan jumlah peserta dibatasi hanya 30 orang.


Peserta Telusur Tegalsari mengamati Radio Bekupon yang banyak berjasa di zaman kemerdekaan.-Julian Romadhon-Harian Disway-

”Saya sendiri yang tinggal di Surabaya lebih dari lima puluh tahun pun nggak tahu itu benda apa,” kata salah seorang peserta Sylvi Mutiara kepada Harian Disway, Minggu, 2 Oktober 2022.

Warga Dharmahusada itu baru sadar bahwa dia salah sangka selama ini. Dia mengira bangunan tersebut adalah semacam kotak pos yang digunakan pada zaman dulu.

Padahal, yang betul adalah bekas Radio Bekupon. Radio yang dahulu difungsikan untuk menyiarkan informasi dan propaganda. Yakni oleh para pejuang Surabaya dalam melawan penjajah.

Disebut bekupon karena bentuknya menyerupai kandang merpati. Andai Sylvia tak ikut tur kemarin, kemungkinan salah sangkanyi bakal bertahan selamanya. ”Harusnya kan dikasih tulisan. Saya sendiri heran, padahal saya termasuk pencinta sejarah, eh malah baru tahu,” tandasnyi.


Ady Setiawan menjelaskan sejarah Gubeng Transport di depan patung Kerapan Sapi.-Julian Romadhon-Harian Disway-

Hal yang sama dialami oleh peserta lain, yaitu Rohadatul ‘Aisyi. Warga Waru tersebut baru kali pertama melihat bangunan bekas tempat Radio Bekupon itu. Awalnya, dia menyangka bangunan itu tak ada artinya.

”Ternyata punya nilai sejarah yang tinggi,” ujar mahasiswa jurusan Ilmu Sejarah, Universitas Diponegoro itu. Bahwa Radio Bekupon pernah digunakan untuk menyiarkan berita terkait pidato Bung Tomo menjelang peristiwa 10 November 1945 di Kota Surabaya. 

Dulu perangkat radio itu dipasang di lima titik taman kota dan persimpangan jalan. Namun, kini hanya tinggal satu. Yang lain sudah hilang akibat pembangunan kota.

Tur jalan kaki itu dimulai dari titik Bunker Tegalsari, Radio Bekupon, Patung Karapan Sapi, Markas Utama Mayjen Sungkono, dan Gedung YMC. “Kami bikin tur ini untuk mengenalkan kembali. Kawasan Tegalsari ini jantung pertahanan kota karena markas komando ada di sini,” ujar pemandu tur Ady Setiawan.

Titik awal tur itu dimulai dari Bunker Tegalsari yang kini disulap menjadi Co-Working Space oleh Pemkot Surabaya. Sebetulnya, Ady ingin membahas lebih banyak soal bunker yang pernah dijadikan tempat berlindung penduduk saat zaman perang kemerdekaan itu. Sayang, gerbang bunker terkunci.

Kategori :