Analogi Mitigasi Covid-19 pada Tragedi Kanjuruhan; ”Masker” dan ”Vaksin” dalam Sepakbola

Kamis 06-10-2022,20:55 WIB
Oleh: Ari Baskoro

Peta prediksi kerawanan seharusnya sudah dapat dibaca oleh pihak-pihak terkait. Banyaknya korban yang berjatuhan patut disesalkan. Regulasi dalam suatu pertandingan sepakbola, termasuk pada tata cara pengamanannya, telah diatur oleh Federation Internationale de Football Association (FIFA). 

Semuanya sudah terstandar dengan baik. Hanya tidak semua pihak dapat mematuhinya.

Masker dan Vaksin Sepakbola

Pengenaan masker yang tepat telah terbukti dapat menekan transmisi virus Covid-19. Di sisi lain walaupun vaksin Covid-19 tidak dapat mencegah seratus persen penularan namun telah nyata berperan penting dalam mencegah fatalitas penyakit.

Angka vaksinasi Covid-19 di Indonesia cukup menggembirakan. Walaupun demikian di beberapa daerah pelaksanaan vaksinasi booster kurang mendapatkan antusiasme warga. 

Tanpa adanya regulasi kewajiban melakukan booster pada pelaku perjalanan, mungkin capaian vaksinasi negara kita tidak akan setinggi saat ini. 

Dalam penyelenggaraan pertandingan sepakbola juga sudah jelas ada regulasinya. Semua pihak mestinya telah memahami dengan baik semua aturan yang telah disepakati bersama.

Seharusnya para suporter sepakbola juga harus ”divaksin”. Bahkan harus mengenakan ”masker.” Keduanya membentuk simbiosis mutualisme yang telah terbukti merupakan modalitas pencegahan terbaik mitigasi Covid-19. 

Secara filosofis, sepakbola dapat mengubah pikiran normal manusia menjadi tergila-gila. Rasa cinta mereka terhadap kesebelasan yang didukungnya, kadang tampak ”kurang rasional.” 

Rela membelanjakan uang yang sebenarnya tidak banyak mereka miliki untuk keperluan mengenakan merchandise adalah salah satu buktinya. Konvoi di tengah teriknya matahari sambil membawa bendera maupun spanduk adalah simbol loyalitas mereka terhadap kesebelasan kebanggaannya.

Pola loyalitas yang kebablasan dapat menumbuhkan harapan yang berlebihan. Para suporter menginginkan agar kesebelasan yang didukungnya harus selalu menang. 

Fanatisme yang tidak logis ini berpotensi besar menimbulkan konflik. Ini terutama bisa terjadi bila kesebelasan yang didukungnya ternyata mengalami kekalahan. 

Media massa diharapkan dapat memainkan peran kunci mencegah dan meredam berkobarnya loyalitas suporter yang tidak proporsional. Peran media massa ibarat memberikan ”vaksin dan masker” pada para suporter agar terhindar dari sikap hooliganisme sepakbola.

Edukasi dan peningkatan literasi tentang sikap-perilaku yang proporsional dalam olahraga perlu ditanamkan secara berkesinambungan. Tidak dapat dipungkiri peran media massa begitu krusialnya. Melalui pemberitaannya yang menarik dapat membentuk persepsi bagaimana dan seperti apa suporter sepakbola itu seharusnya.

Tidak selalu mudah bagi media massa mengambil peran penting itu. Saat ini olahraga, khususnya sepakbola sudah menjadi suatu industri yang mampu berkontribusi menggerakkan roda ekonomi masyarakat. Hubungan antara keduanya bersifat resiprokal.

Media massa dan sepakbola bisa saling memengaruhi, saling bergantung atas kesuksesan komersial dan popularitas masing-masing. Dampak hubungan ini bisa bersifat konstruktif. Tetapi sebaliknya bisa destruktif. 

Tags :
Kategori :

Terkait