SURABAYA, HARIAN DISWAY - Derit dahan-dahan bambu, gesek dedaunan, atau suara kecipak ikan dalam kolam, bisa jadi sulit didapatkan di Surabaya. Tapi sekarang ada Wisata Batas Kampung, di Balas Klumprik. Di sini, pengunjung serasa berada di perdesaan.
Jika rindu nongkrong di tempat yang asri dengan suasana khas perdesaan asli di Surabaya barangkali inilah sasaran yang pas. Namanya Wisata Batas Kampung. Tempatnya sedikit jauh dari pusat kota.
Untuk menujunya, kita harus masuk ke kawasan kampung. Tempatnya akan ketemu jika kita menyusuri jalan kecil menuju daerah yang disebut Sumberan, Balas Klumprik, Wiyung.
Di sinilah ada kawasan yang memilik sumber air yang terus mengalir sepanjang tahun. Dulu, masyarakat menggunakan sumber air itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan konon tempat itu adalah pemandian putri bangsawan pada zaman dulu.
Di bagian depan menuju Wisata Batas Kampung, pengunjung sudah disambut dengan imbauan untuk menjaga kebersihan di kawasan ini.--
Berada di dalam area wisata yang sekarang menjadi jujugan untuk nongkrong, petilasan sumur yang konon masih bisa ditemui hingga kini itu disebut Punden Panguripan.
Itulah mengapa sumur ini jadi salah satu daya tarik Wisata Batas Kampung yang tepatnya berada di Jalan Sumberan HKSN 1, RT002/RW004 Surabaya. Sebuah wisata yang menyuguhkan kesejukan khas perdesaan.
Begitu tiba, adem pasti jadi kesan pertama yang dirasakan. Tampak beberapa gazebo berbahan bambu dengan atap ijuk berbentuk limasan. Di sanalah pengunjung duduk menikmati suasana yang asri khas perdesaan.
Dua pengunjung duduk di gazebo berbahan bambu dengan atap ijuk berbentuk limasan. Di sini pengunjung bisa betah berlama-lama menikmati suasana yang asri khas perdesaan. --
Menikmati angin semilir dengan suara gesekan batang bambu. ”Kalau manut bahasa orang zaman dulu ya inilah ngadem di tengah barongan (hutan bambu, Red),” ujar Robert Lala, pengelola Wisata Batas Kampung.
Selain gazebo, ada lima kolam. Tempat memelihara bermacam-macam ikan seperti nila, gurami, lele, bawal, dan koi. ”Hanya boleh dilihat ya. Enggak boleh dipancing. Pengunjung yang ingin memberi makan ada makanan ikan dengan harga per kantong tiga ribu rupiah,” ungkap Robert.
Pengunjung yang bercengkerama dengan ikan di kolam. Ada lima kolam ikan yang memelihara bermacam-macam ikan seperti nila, gurami, lele, bawal, dan koi. --
Menariknya, ada jembatan kayu yang menghubungkan pendapa di selatan dan utara. Alas pijaknya terbuat dari anyaman bambu. Berikut pegangannya. Saat dilalui, pengunjung akan merasakan sensasi suara bambu yang berderit. ”Itu bukan karena rapuh. Aman kok. Konstruksinya kuat,” terang Robert.
Jembatan di atas kolam ikan yang menghubungkan pendapa di selatan dan utara. Alas pijaknya terbuat dari anyaman bambu. Saat dilalui, pengunjung akan merasakan sensasi suara bambu yang berderit.--
Sambil duduk yang betah, jangan lupa mencoba menu yang disuguhkan. Bisa pesan kopi hitam, teh hangat, sosis bakar, kentang goring, dan lain-lain. ”Ada satu andalan, namanya bakso gronjalan. Bukan bakso seperti biasanya. Selain besar, bentuknya kerucut seperti tumpeng. Karena itu ada yang menyebut bakso tumpeng,” katanya.
Disebut gronjalan karena memang ada bagian yang tak halus dan mengganjal di bagian tengah bakso. Dibuat dari daging sapi tetelan. ”Jangan takut kehabisan. Sejak Oktober 2022, bakso gronjalan sudah jadi menu reguler. Tersedia sejak pagi sampai malam,” ungkap pria 40 tahun itu.
Bakso gronjalan yang bentuknya unik seperti puncak tumpeng. Teksturnya bergeronjal karena isian daging sapi tetelan.--
Buka setiap hari sejak pukul 8 hingga pukul 2 dini hari, Wisata Batas Kampung kini dipilih siapa pun yang ingin betah nongkrong lama-lama tanpa takut terusir karena dibatasi waktu.
”Banyak sekali pegunjung dari jauh yang rela ke sini demi mencari tempat ngadem yang asri di tengah barongan. Padahal akses menuju ke tempat tersebut tergolong sempit. Namun areal parkir tersedia cukup luas di sebelah timur,” terang Robert.
Buat pengunjung anak-anak, Wisata Batas Kampung menyilakan mereka untuk bermain tradisional seperti tangga tali.--
Dibuka sejak 2020 lalu, Wisata Batas Kampung digagas oleh Indah Kurnia. Anggota Komisi 11 DPR RI itu mendirikannya dengan memberdayakan Kelompok Tani Sumberan Makmur. Dua tokohnya, Suradi dan almarhum Sakab, menggerakkan warga setempat yang tergabung dalam kelompok tani itu untuk membangunnya.