Limbah Ponsel Makin Menggunung, Tahun ini 5 Miliar Ponsel Jadi Sampah

Sabtu 15-10-2022,10:27 WIB
Reporter : Mochammad Rafly Akbar
Editor : Doan Widhiandono

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Apa yang terjadi pada telepon genggam Anda yang lama? Ketika Anda sudah meninggalkannya karena rusak, atau mungkin ganti ponsel anyar yang lebih canggih?

Faktanya, pada 2022 ini ada sekitar 16 miliar telepon genggam di seluruh dunia. Dan ada 5 miliar ponsel yang berakhir di tempat sampah. Tak bisa digunakan lagi.

Para ahli mengatakan bahwa limbah ponsel itu mengandung zat yang berbahaya untuk lingkungan. Seharusnya, limbah itu didaur ulang. Tetapi banyak yang warga lebih suka membuangnya secara sembarangan. Menimbun mereka.

Jika 5 miliar limbah ponsel itu disusun rapi ke atas, ketinggiannya bisa mencapai 50 ribu kilometer. Seratus kali lebih tinggi daripada orbit Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Sejatinya, di dalam telepon genggam itu ada kandungan emas, tembaga, perak, atau komponen lain yang bisa didaur ulang. Faktanya, kebanyakan benda elektronik itu berakhir begitu saja di tempat sampah. Kadang malah dibakar. Dengan begitu, sisa bakaran zat berbahaya itu justru menyebabkan kerusakan lingkungan yang signifikan.

“Limbah smartphone adalah salah satu fokus utama kami,” kata Pascal Leroy, Dirjen Forum WEEE, sebuah asosiasi di Eropa yang concern pada limbah elektronik.

“Jika kita tidak mendaur ulang bahan langka yang ada di smartphone, kita harus menambangnya lagi di negara seperti Tiongkok dan Kongo,” tambahnya.


PEREMPUAN MENELEPON dengan di kawasan Shangdi, Beijing, Agustus 2022.-NOEL CELIS-AFP-

Pernyataan Leroy menghasilkan sebuah kesimpulan. Bahwa jika limbah ponsel sekadar dibuang begitu saja, duit yang hilang akan lebih banyak.

Menurut data Monitor Limbah Elektronik Global 2020, ada 44,8 juta ton limbah ponsel yang dihasilkan per tahunnya. Itu tertinggi jika dibandingkan limbah eletronik lainnya.

Survei pada Juni-September 2022 di enam negara Eropa juga membuktikan itu. Ponsel yang sudah diberhentikan produksinya akan dibuang begitu saja. Ditimbun. Tidak di daur ulang.

Selain itu, faktor dari pengguna sendiri juga turut menyumbang limbah ponsel. Penyakit yang sebagian besar dimiliki oleh pengguna adalah lupa menaruh. Sehingga, mereka cenderung membeli yang baru. Ketika telepon seluler yang lama akhirnya ditemukan, kondisinya sudah rusak. Akhirnya juga dibuang begitu saja.

Temuan baru juga menunjukkan bahwa 45 persen dari 8.775 rumah tangga yang disurvei ternyata menimbun peralatan elektronik. Mereka berpikir bahwa alat elektronik itu mungkin kembali berguna di kemudian hari. Akhirnya hanya disimpan. Hingga akhirnya rusak dan terbuang.

“Kebanyakan orang cenderung tidak sadar. Bahwa limbah elektronik yang mereka buang secara sembarangan akan berpengaruh terhadap banyak faktor,” kata Pascal Leroy.

Untuk mengurangi limbah elektronik, Parlemen Uni Eropa juga membuat aturan anyar. Yakni, semua telepon genggam harus menggunakan USB tipe C untuk pengisi daya. Peraturan itu akan diterapkan pada akhir 2024.

Kategori :