Anak-anak adopsi yang dijual ke Belanda menyadari bahwa pencatatan sejarah dan dokumentasi itu begitu penting. Banyak yang sulit mencari keluarga dan orang tua kandung karena dokumen tidak tercatat atau dipalsukan. Sebagian dari mereka kini membuat film dokumenter hingga buku untuk mengabadikan sejarah hidup mereka.
– ”Hidup kami penuh drama. Dan jika dibuat film, akan ada 3.040 film tentang kisah anak adopsi dari Indonesia ke Belanda,” ucap salah seorang anggota Mijn Roots sebelum serial ini diterbitkan. Saya tidak ingat siapa yang mengucapkan kalimat itu. Mungkin saja Ana Maria, pendiri Yayasan Mijn Roots yang menetap di Surabaya. Atau kekasih Ana: Bud Wichers, wartawan perang yang sampai sekarang belum menemukan ibu kandungnya. Bisa juga Bob Schellens dan Olvi Jasinta yang sudah memulai proyek film dokumenternya. Yang jelas, satu di antara mereka pernah bilang begitu. Mereka yang jadi korban perdagangan manusia menempuh hidup penuh drama dan perjuangan.Wajah-wajah pencari orang tua kandung Mijn Roots.-Dok Mijn Roots- Kalau yang satu ini saya ingat: Ana Maria meminta saya nonton film Lion . ”Film itu banyak menginspirasi kami. Kisahnya tentang pencarian orang tua kandung dari anak adopsi,” kata Ana yang sudah cukup mahir berbahasa Indonesia. Saya sudah nonton filmnya. Banyak adegan yang bikin merinding dan mbrebes mili (menangis). Film yang disutradarai Garth Davis itu diadaptasi dari buku nonfiksi A Long Way Home karya Saroo Brierley. Dirilis perdana enam tahun lalu atau 2016. Sekarang kita bisa melihatnya di Netflix. Sejumlah nama besar main di film itu. Ada Dev Patel, Rooney Mara, David Menham, dan Nicole Kidman. Lion masuk enam nominasi Oscar pada ajang Academy Awards Ke-89 yang digelar di Dolby Theatre, Hollywood, Los Angeles, 26 Februari 2017. Di antaranya, nominasi Film Terbaik, Aktor Pendukung Terbaik, Aktris Pendukung Terbaik, dan Skenario Adaptasi Terbaik. Film itu menceritakan perjalanan Saroo yang mencari keluarga kandungnya setelah berpisah 25 tahun. Saroo lahir di Desa Ganesh Talai, Khandwa, India. Saroo kecil (Sunny Pawar) tinggal bersama sang ibu (Priyanka Bose) dan saudara-saudaranya di kawasan kumuh di dekat pertambangan batu bara. Mereka hidup dari mengumpulkan batu bara yang dicuri dari truk dan kereta tambang. Saroo terpisah dari keluarganya ketika ikut kakaknya, Guddu (Abhishek Bharate), bekerja. Mereka tak sengaja terpisah di stasiun kereta. Ia ketiduran di gerbong dan terpisah dari sang kakak. Ia pun luntang-lantung untuk kembali pulang. Namun, usahanya tidak pernah membuahkan hasil. Hidupnya berubah drastis ketika pasangan Sue (Nicole Kidman) dan John Brierley (David Wenham) asal Australia mengadopsinya. Saroo tumbuh di Tasmania. Ketika dewasa, ia merasakan hal yang sama dengan anak-anak adopsi yang bergabung di Mijn Roots. Muncul rasa rindu akan kampung halaman. Ia berusaha mencari akarnya (Mijn Roots) di India.
Film Lion rekomendasi pendiri Mijn Roots Ana Maria.-- Kisah pencarian sang ibu penuh dengan drama dan tangis haru. Apakah Saroo bisa bertemu dengan orang tuanya? Silakan tonton sendiri filmnya. Dari menggali cerita anak-anak adopsi yang bergabung ke Mijn Roots, kisah Sumi dan Tim van Wijk sepertinya sangat layak difilmkan. Keduanya sama-sama sudah menemukan orang tua kandung. Namun, pencarian mereka belum usai. Ada banyak fakta yang harus digali. Karena itulah, pasangan kekasih itu rutin pulang kampung ke Indonesia. Sumi sudah berusaha membukukan kisah hidupnyi. Tulisannyi masih dicicil. Ia tercerabut dari keluarganyi di Trenggalek ketika usia 6 tahun. Kasusnya begitu unik. Pertama, Sumi sudah berusia 6 tahun ketika dibawa ke Belanda. Biasanya anak-anak dibawa ketika bayi. Dengan demikian, trauma yang dialami tidak besar. Kedua, Sumi diadopsi bersama kakak kandungnya, Suyatmi. Mereka hidup dengan orang tua angkat yang sama. Kasus anak adopsi bersaudara yang dibawa ke Belanda sangat jarang terjadi. Begitu menemukan orang tua kandung di Indonesia, ada banyak kejutan yang mereka dapati. Sebagian besar sudah ditulis di seri sebelumnya. Cerita Sumi juga bisa digabungkan dengan kisah kekasihnyi, Tim van Wijk, yang gagal memeluk ibu kandungnya karena dunia di- lockdown gara-gara pandemi. Ada dugaan bahwa ayah Tim adalah adik kandung ibunya sendiri alias hubungan inses.
Tim van Wijk (kanan) dan saudara tirinya Huibert vam Wijk saat membuat film dokumenter.-Sumi Kasiyo for Harian Disway- Namun, dugaan itu belum terjawab karena DNA paman tim belum diuji. Dalam tiga tahun terakhir, mereka selalu pulang ke Indonesia bersama-sama. Setiap mereka pulang, pasti ada fakta baru yang terkuak. Sumi bakal mengabadikan kisah itu dalam sebuah buku. Hingga kemarin, Minggu, 16 Oktober 2022, tulisannyi belum tuntas. ” Adik, I don’t know, it’s not finished and I don’t have a publisher (Adik. Aku tidak tahu, tulisan itu belum selesai dan aku belum punya penerbit),” kata penulis yang juga fotografer itu. Yang jelas, Sumi berusaha keras untuk menuntaskan buku tersebut. Sebagian foto yang disiapkan untuk buku itu dikirim untuk seri Harian Disway ini. Penulis The Diary of a Young Girl Anne Frank pernah bilang begini: ” I can shake off everything as I write; my sorrows disappear, my courage is reborn (Saya bisa melepaskan segalanya saat saya menulis; kesedihan saya hilang, keberanian saya terlahir kembali, Red)”. Sumi adalah tipe orang yang tidak lari dari trauma. Dia bakal menghadapi kenyataan dan fakta yang terkadang begitu menyakitkan untuk diketahui. Namun, dia orang positif yang belum terkalahkan oleh cobaan hidup. Kami menunggu bukumu, Kak Sumi! (Salman Muhiddin) Kisah Meilany dan Pencarian di Sukorejo, Pasuruan . BACA BESOK!