Tanggal 29 Juli Memperingati Hari Bakti TNI AU ke-78, Sejarah Bermula dari Perjanjian Linggarjati

Tanggal 29 Juli Memperingati Hari Bakti TNI AU ke-78, Sejarah Bermula dari Perjanjian Linggarjati

Tanggal 29 Juli memperingati Hari Bakti TNI AU ke-78, sejarah bermula dari perjanjian Linggarjati. - militer.udara - Instagram

HARIAN DISWAY - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) akan merayakan Hari Bakti TNI ke-78 pada tanggal 29 Juli 2025. Peringatan tersebut akan mengingat betapa pentingnya peranan TNI dalam mempertahankan keutuhan negara. 

Hari Bakti TNI AU ke-78 menjadi kesempatan yang tepat untuk mengenang dan menghargai jasanya dalam memperjuangkan negara. Selain itu, peringatan ini juga dapat memberikan motivasi kepada para TNI AU untuk terus berjasa dalam membuat negara yang semakin aman, damai, dan tenteram. 

Peringatan ini berkaitan dengan kejadian di masa lalu, sejarah bermula dari perjanjian Linggarjati dan serangan Agresi Militer Belanda 1. Berikut sejarah lengkapnya, makna, dan tema Hari Bakti TNI AU ke-78 pada 29 Juli 2025:

BACA JUGA:Tanggal 28 Juli 2025 Memperingati Hari Konservasi Alam Sedunia, Simak Sejarah Singkatnya


Tanggal 29 Juli memperingati Hari Bakti TNI AU ke-78, bermula dari perjanjian Linggarjati. - militer.udara - Instagram  

1. Sejarah Hari Bakti TNI AU ke-78 pada Tanggal 29 Juli 2025 

Mengutip dari laman resmi TNI AU, sejarah Hari Bakti TNI AU ke-78 yang saat ini berlangsung pada tanggal 29 Juli 2025 berangkat dari pelanggaran perjanjian Linggarjati yang dilakukan Belanda. Negara berbendera merah, putih, dan biru itu pun tega mengambil tindakan militer untuk menyerang Indonesia. Sehingga, terjadilah peristiwa Agresi Militer Belanda 1 pada tanggal 21 Juli 1947. 

Belanda melancarkan serangannya ke berbagai tempat dan pangkalan udara ikut jadi sasaran. Pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta yang merupakan kekuatan udara utama Republik Indonesia pun tak luput dari serangan Belanda. Namun, serangan itu gagal karena cuaca sedang tidak bagus.  

Tak menyerah, Belanda akhirnya menyerang pangkalan udara lainnya, seperti Pangkalan Udara Panasan Solo, Maospati Madiun, Bugis Malang, Pandanwangi Lumajang, Kalijati Subang, serta Cibeureum Tasikmalaya. 

BACA JUGA:Tanggal 26 Juli 2025 Memperingati Hari Mangrove Sedunia, Begini Sejarah dan Peran Sang Benteng Pesisir

Serangan yang bertubi-tubi itu membakar amarah para pemimpin TNI dan akhirnya termotivasi untuk membalas perbuatan Belanda. Pada tanggal 28 Juli 1947, mulai dibuat rancangan mengenai serangan untuk Belanda di daerah Semarang dan Salatiga. 

Dalam rancangan itu, Kadet Udara I Mulyono bersama Sersan Udara Dulrachman diamanahi misi untuk menyerang pasukan Belanda di Semarang dengan memakai pembom tukik Guntai. 

Kemudian, Kadet Udara I Bambang Saptoadji bertugas menjaga pesawat yang dilengkapi dengan bom Guntei dengan bantuan pesawat Hayabusha. Setelah itu, Kadet Udara I Sutardjo Sigit bersama dengan Sersan Udara Sutardjo dan Kadet Penerbang Suharnoko Harbani diberi misi untuk melawan Belanda di Salatiga dengan pesawat Cureng. 

BACA JUGA:Tanggal 23 Juli 2025 Memperingati Hari Anak Nasional: Ini Tema, Twibbon, Sejarah dan Maknanya

Ketiga kadet tersebut berhasil melangsungkan misinya untuk menghancurkan kekuatan militer Belanda di Salatiga, Semarang, bahkan sampai Ambarawa. Ketiga kadet pun kembali ke markas. Meski begitu, serangan Belanda tak kunjung berhenti. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: tni au