Dokumen putusan PN Surabaya pada 1988 hingga salinan putusan kasasi dan peninjauan kembali MA juga disematkan di sisi itu. Terdapat dua etalase kosong yang akan diisi dokumen baru jika ditemukan.
”Seluruh catatan yang tersemat di museum ini dapat dibaca secara langsung. Cuma, kami belum menemukan mekanisme yang pas,” jelas Agung.
Foto ketua Mahkamah Agung juga dipajang. Mulai Ketua MA Pertama Kusumah Atmadja hingga ketua Mahkamah Agung saat ini, Muhammad Syarifuddin. Selain itu, terdapat foto ketua PN Surabaya mulai 1979, Soedijono, hingga ketua sekarang, Rudi Suparmono.
Menurut Agung, foto ketua PN Surabaya yang dipajang hanya foto yang dapat terdokumentasikan. Bukan dari ketua yang pertama menjabat.
Selain foto itu, terdapat foto lama bangunan PN Surabaya dan penghargaan yang diterima PN Surabaya yang dipajang.
Terdapat juga perlengkapan hakim. Mulai kalung jabatan hakim ketua yang lama dan baru, palu yang digunakan hakim dalam sidang, hingga toga yang digunakan hakim. Terdapat pula gembok besar berwarna emas yang menjadi gembok ruang tahanan zaman Hindia Belanda. Telepon hingga mesin ketik yang digunakan untuk persidangan ikut dipamerkan.
Sayang jika museum seperti itu tak bisa dikunjungi masyarakat umum. Pihak PN Surabaya sedang melakukan upaya agar museum tersebut dapat dikunjungi masyarakat umum tanpa mengganggu aktivitas PN Surabaya.
”Kami masih terus membenahi museum ini. Mencari dokumen-dokumen yang dapat melengkapi data. Hingga mengatur alur dan mekanisme agar museum ini dapat dinikmati khalayak umum,” ujar Agung. (*)