SURABAYA, HARIAN DISWAY - Jelang Karantina finalis Koko Cici (Koci) Jawa Timur 2022, para panitia menggelar pertemuan di Disway News House, Jalan Walikota Mustajab Nomor 76, Surabaya, Jumat, 4 November 2022.
Panitia, yang terdiri dari Piniela Sutandi, Steffi Allysandrea, Reyvaldi Zain dan Natania Kezia, membahas tentang karantina para finalis, kegiatan-kegiatan ke depan, serta penyusunan pelaksanaan grand final Koci Jatim 2022, pada 26 November mendatang.
“Akan ada beberapa agenda seperti pembekalan Bahasa Mandarin, pariwisata Jawa Timur, pembentukan karakter dan sebagainya,” ujar Steffi. Pertemuan itu dihadiri oleh founder Harian Disway Dahlan Iskan, Dirut Harian Disway Tomy C. Gutomo, dan karyawan Disway.
Para panitia sedikit deg-degan karena rapat tersebut dihadiri langsung oleh Dahlan, yang akrab disapa Abah itu. “Tapi kami sangat terbantu dengan masukan-masukan dan ide-ide beliau. Bagus untuk pelaksanaan acara yang akan datang,” ujar Reyvaldi.
Dalam pertemuan itu Dahlan memberi saran tentang pelaksanaan grand final. Misalnya, tamu kehormatan tak perlu memberikan pidato sambutan dalam durasi panjang. “Yang penting acaranya menguak banyak tentang Koci. Terkait budaya Tionghoa dan sebagainya,” ungkapnya.
Dua hari setelah pertemuan tersebut, tepatnya pada 5 November, para finalis diajak bersesi foto di gedung Ballet Posture Gallery, di Jalan Lidah Harapan, Surabaya. Baik koko maupun cici melakukan foto didampingi oleh kelompok Barongsai Ksatria asal Surabaya.
Para koko mengenakan batik yang telah dipersiapkan oleh mereka sendiri. Sedangkan para cici menggunakan busana yang didesain oleh Dian Dudiono, owner Ballet Posture Gallery. Busana yang dibuat dari bahan kain gendongan.
“Kain ini biasanya dimanfaatkan para ibu untuk menggendong anak atau bayinya,” ujarnya. Kemudian memeragakan cara melipat kain di pundak hingga pinggang.
Kain tersebut berwarna cerah dan memiliki beragam motif batik. “Biasanya motifnya bermacam-macam. Tapi untuk kostum para cici, saya menggunakan kain gendongan yang memiliki motif naga. Supaya tampak unsur Tionghoanya,” terang ibu dari Helena Aprilia, Ketua Ikatan Koci Jawa Timur itu.
Dalam busana kreasinya, Dian memadukan kain gendongan dan brokat di bagian atas. Aksen rumbai-rumbai terpasang di beberapa sudut kain. Rumbai-rumbai itu berbentuk bulatan-bulatan kecil yang dibuat dari kain gendongan. “Kain gendongannya saya potong jadi baju. Kemudian ada sisa potongan kain, saya manfaatkan jadi rumbai-rumbai itu,” ungkap perempuan 52 tahun itu.
Dian membuat sebanyak 12 busana untuk para cici. Satu per satu mereka berfoto bersama barongsai. Untuk cici, tim barongsai ksatria memersiapkan barongsai warna biru. Sedangkan untuk para koko, berfoto dengan barongsai merah. (Guruh Dimas Nugraha)