Umbul-Umbul Demit, Nostalgia Generasi Jadul di Pameran Karena Ku SuWayang

Senin 07-11-2022,10:55 WIB
Reporter : Guruh Dimas Nugraha
Editor : Heti Palestina Yunani

A: 

B: Salah satu benda dalam pameran yang menarik yaitu umbul-umbul, yakni semacam kertas berukuran mini berisi gambar-gambar wayang atau demit sebagai mainan kartu yang populer pada era ’70-’90an.

Kanan: 

 

Wayang tak sekadar dinilai sebagai seni pertunjukan. Wayang juga ada dalam serial mainan kartu bergambar yang akrab dengan generasi ’70-’90an. Semua tersaji dalam pameran bertajuk Karena Ku SuWayang.

Karena Ku SuWayang merupakan pelesetan ”karena aku sayang”. SuWayang merupakan penegasan rasa sayang yang berlebih. Jadi parade wayang adalah pertunjukan yang diadakan para pecinta wayang yang benar-benar sayang dengan kesenian tradisi tersebut.

Yang menarik, terdapat pameran wayang kulit beserta keris pusaka yang identik dengan wayang tersebut. Kemudian pajangan umbul-umbul. Yakni semacam kertas berukuran mini, berisi gambar-gambar wayang atau demit. 

Mainan kartu yang populer pada era ’70 hingga ’90an. ”Kita bisa bernostalgia dengan masa lalu. Terutama generasi jadul. Tentu kita pernah memainkan kartu umbul-umbul itu,” ujar Agoes Koecink, kurator pameran.

Cara memainkannya, dua orang saling berhadapan, kemudian melempar kartunya ke atas. Barang siapa yang kartunya jatuh dalam posisi terbuka, maka ia yang menang. Sedangkan jika tertutup berarti kalah. Jika keduanya jatuh dalam posisi terbuka atau tertutup? Maka pertandingan harus diulang.

Maka kartu-kartu kecil itu disebut umbul-umbul atau umbulan. Karena dimainkan dengan cara dilempar ke atas, seperti dibuat mumbul atau terbang. Ada pula yang memainkannya dengan cara tos-tosan. Kedua anak berhadapan dengan kartu di telapak tangan masing-masing. Kemudian mereka melakukan tos, dan gambar itu sengaja dibiarkan jatuh, meluncur dari telapak tangan ke tanah. Hasilnya, sama seperti teknik memainkan secara umbulan.

Sebagian kartu umbul-umbul memuat gambar wayang, serta gambar demit. Dalam pewayangan Jawa, demit atau hantu memiliki sosok wayangnya masing-masing. Meski perannya tak signifikan, namun demit kerap dimainkan sebagai penanda tempat angker, atau ketika salah satu figur pewayangan berhasil menyelesaikan tapa brata dengan sempurna.

Misalnya ketika Arjuna berhasil menjadi Begawan Mintaraga dalam pertapaan, digambarkan bahwa auranya membuat demit di sekitar lingkungan tempatnya bertapa lari tunggang langgang.

Begitu pula ketika Rahwana berhasil mendapat anugerah ajian Panca Sonya. Ajian yang membuatnya sakti mandraguna. ”Ada memedi usus, hantu yang hanya punya kepala dan tangan. Sedangkan bagian bawahnya usus. Lalu memedi jelangkrong atau hantu tengkorak dan sebagainya,” ujarnya. 

Demit yang ditampilkan adalah beragam hantu hasil dari cerita rakyat di Nusantara.  Beberapa dikemas dengan gaya modern. Seperti memedi sundel bolong dengan gambar perempuan yang di telinganya tersemat bunga, mengenakan kebaya dan kalung.

Tapi di tangan kanannya memegang pelantang seperti sedang bernyanyi. Bagian punggung perempuan itu tak berkulit dan berdaging. Terlihat berlubang atau bolong dan menampakkan tulang-tulang iga hingga tulang ekor.
Suasana pameran wayang Karena Ku SuWayang, di Galeri Prabangkara, kompleks Taman Budaya Jawa Timur.--

Tags : #pameran
Kategori :