Wayang-wayang dipajang dalam kotak kaca. Di bagian bawahnya terdapat penampa berisi keris. Senjata yang identik dengan karakter wayang tersebut. Seperti wayang Raden Abilawa. Yakni figur Bima yang dikisahkan sedang menyamar menjadi jagal lembu atau kerbau. Dalam penyamaran itu ia menggunakan nama Raden Abilawa atau Jagal Bilawa.
Saat menyamar menjadi Raden Abilawa, Bima diceritakan memegang senjata keris Bimo Kurdo. Yakni keris berluk atau memiliki sudut lengkung sebanyak 15, serta memiliki pamor pedaringan kebak. Artinya, keris tersebut dapat dimiliki oleh siapa saja. Berbeda dengan keris berpamor lain yang biasanya hanya cocok dipegang oleh orang-orang tertentu atau orang yang dipilih.
Pedaringan artinya wadah beras atau tempat menyimpan beras. Kebak artinya penuh. ”Wadah yang selalu penuh. Berarti keris ini dapat dipajang untuk mendatangkan rezeki dan kemakmuran,” ujar dosen Seni Rupa STKW itu.
Sedangkan bentuk wayang Raden Abilawa berbeda dengan bentuk wayang Bima. Rambutnya terurai. Celana bagian bawahnya berwarna merah yang berbeda dengan pakaian ala kerajaan yang digunakan Bima.
Dipajang pula bentuk wayang Bima atau Raden Werkudara gaya Yogyakarta. Berbeda dengan gaya wayang dari daerah lain, gaya Yogyakarta cenderung mencitrakan Bima dengan wajah berangasan, mata lebar dan bibir tebal.
Badannya pun terlihat kekar. Memunculkan sifat tegas dan wibawa Bima yang tanpa kompromi. Keris andalannya bernama Bimo Kurdo, yakni keris berluk 17 yang berpamor Pendaringan Kebak. ”Sebagian besar keris yang dipemarkan dibuat oleh pengrajin keris bernama Sugianto,” tandas Agus.
Karena Ku SuWayang adalah rangkaian memeringati Hari Wayang Nasional yang digelar Taman Budaya Jawa Timur dalam Pekan Wayang Jawa Timur 2022. Saat dibuka pada 1 November 2022 lalu, ditampilkan beberapa aktivitas kesenian.
Kamera pengunjung yang diarahkan untuk memotret mainan wayang dan umbul-umbul. Keduanya adalah beberapa benda yang dipamerkan dalam pameran Karena Ku SuWayang.--
Di antaranya penampilan Sanggar Baladewa. Sejumlah anak-anak dan remaja beraksi dengan wayang. Beberapa membawa gunungan. Beberapa lagi membawa karakter tokoh-tokoh dalam pewayangan Jawa.
Di Pendapa Jayengrana. Mereka bergabung dengan para penari tari kreasi Je’ Dong. Bergerak sembari mengacungkan wayang-wayang di tangan. Selain Sanggar Baladewa, ada pertunjukan kolaborasi dalang Jawa Timur berprestasi tingkat nasional dari Ponorogo, Surabaya, dan Madiun.
”Kami ingin mendorong daya kreativitas dan inovasi karya para seniman pedalangan. Sekaligus menjaga eksistensi kesenian wayang,” ujar Samad Widodo, Kepala UPT Taman Budaya Jawa Timur. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas Nugraha)