Nuansa dalam karya-karyanya tampak seperti cat air yang digoreskan dalam sebuah kertas. Padahal, lukisan-lukisan Te semuanya kanvas. Rupanya Te memiliki semacam formula rahasia, untuk membuat kain kanvas layaknya kertas. "Saya beritahu tekniknya saja ya," ungkapnya.
Prinsipnya, ia menggunakan kain kanvas biasa. Direntangkan dalam spanram, dipaku, kemudian permukaannya dioleskan dengan formula tersebut. "Dioles tipis-tipis saja. Lalu diamplas atau dihaluskan dengan kertas gosok. Lalu diolesi lagi dengan formula, sampai tiga kali. Terakhir, diamplas lagi supaya halus," ujarnya.
Dengan cara itu, cat air di atas kanvas buatan Te memunculkan efek layaknya kertas. ”Bisa bikin efek mblobor dan ngawang. Istilahnya ada efek-efek meleleh, dan warnanya tidak terlalu pekat atau menebal. Seperti cat air di atas kertas begitulah,” terangnya.
Goresan yang muncul, seperti efek seperti awan atau asap bergulung, dengan warna-warna mistik khas cat air, digunakan Te untuk memberi kesan spiritual. Selain Karno Larung, juga untuk lukisan berjudul Meditasi Palasara.
Semburat warna hijau, kuning bercampur biru menjadi latar lukisan tersebut. Ia menampilkan figur Palasara setengah badan dalam pose bersedekap. Aksen garis lurus yang presisi mencuat ke atas. Berwarna putih. Seperti menandakan pencapaian antara ia dan Tuhan. Keduanya saling berinteraksi dalam proses meditasi.
Lukisan berjudul Meditasi Palasara. Tentang sosok spiritualis yang ahli meditasi.--
Begawan Palasara merupakan tokoh wayang yang dikenal sebagai ahli meditasi. Sosok berjiwa besar yang mengabdikan dirinya pada jalan kebenaran. ”Pesannya, manusia dapat meneladani bahwa menekuni spiritualitas dapat membuat jiwa seseorang menjadi besar. Tenang dan mampu mengendalikan diri,” terangnya.
Te ingin menyentil kecenderungan masyarakat modern. Banyak yang menekuni agama dan spiritualitas, tapi justru terjebak dalam fanatisme sempit, atau malah memanfaatkan agama demi ambisi ekonomi maupun kekuasaan.
”Hakikat dari spiritualitas adalah cara menyatunya manusia dengan Tuhan. Jauh dari keinginan duniawi dan pikiran-pikiran buruk. Sehingga orang beragama seharusnya dapat menjadi pribadi yang lembut dan bijak. Seperti Begawan Palasara,” terangnya. (Heti Palestina Yunani-Guruh Dimas Nugraha)