SURABAYA, HARIAN DISWAY - Sebagai bentuk persahabatan dua negara, IFI menggelar Jamuan Persahabatan dan Kerja sama Indonesia-Prancis. Bertempat di Executive Lounge, Hotel Majapahit, Surabaya. Para perwakilan itu juga turut berpameran dalam pameran pendidikan bertajuk EHEF, di Grand City, Surabaya.
Puluhan perwakilan institusi pendidikan dari Prancis dan Indonesia hadir di Executive Lounge, Hotel Majapahit Surabaya, pada Selasa, 8 November 2022. Mereka menghadiri acara bertajuk Soiree de L'Amitie Franco-Indonesienne.
Jika diterjemahkan berarti: Jamuan Persahabatan dan Kerja Sama Indonesia–Prancis. Digelar oleh Institut Francais Indonesia (IFI). ”Ini adalah simbol kedekatan kita. Baik dalam hubungan bernegara maupun dalam sektor pendidikan,” ujar Sandra Vivier, Direktur IFI.
Dalam kesempatan itu hadir beberapa perwakilan dari institusi pendidikan di Surabaya. Seperti Ria Chandra, konselor Sekolah Ciputra. ”Kesempatan ini adalah momen bagi kami dari Sekolah Ciputra untuk membangun koneksi. Kami berencana untuk mengundang perwakilan-perwakilan institusi untuk datang ke sekolah kami. Bisa berpromosi di sana,” ujar Ria.
Beberapa institusi pendidikan di Prancis yang hadir dalam Soiree de L’Amitie Franco-Indonesienne, mengikuti pameran pendidikan yang diselenggarakan oleh delegasi Uni Eropa di Grand City, Surabaya, pada hari yang sama. Bertajuk European Higher Education Fair (EHEF). Yakni pameran tahunan perguruan tinggi Eropa di Surabaya.
Dalam pameran di Grand City itu, terdapat 66 peserta pameran dari perguruan tinggi dari daratan Eropa, baik yang tergabung dengan Uni Eropa, serta beberapa organisasi berbasis pendidikan di Indonesia. Seperti Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Dalam EHEF, para mahasiswa dan peneliti Indonesia dapat menggali informasi mengenai peluang pendidikan dan beasiswa, langsung dari perguruan tinggi dan lembaga pendidikan di Eropa. ”Uni Eropa memiliki komitmen terhadap pendidikan tinggi yang berkualitas, inovatif dan inklusif, ujar Vincent Piket, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia.
Tamu undangan dalam acara perjamuan persahabatan Perancis-Indonesia yang di antaranya perwakilan dari berbagai institusi pendidikan di Prancis dan Indonesia, foto bersama. --
Tamu undangan dalam acara perjamuan persahabatan Perancis-Indonesia yang di antaranya perwakilan dari berbagai institusi pendidikan di Prancis dan Indonesia, foto bersama. -DAVID-NADINE-
Ia menyebutkan bahwa pendidikan tinggi di Eropa dikenal memiliki ekosistem riset yang kuat serta relevan dengan pasar tenaga kerja, bisnis, sains, dan pemerintahan. "Melalui EHEF, kami mengundang mahasiswa Indonesia, untuk meraih pendidikan tinggi di Eropa, berbagi pengetahuan, dan memberi dampak positif bagi masyarakat Indonesia,”tambahnya.
Berdasarkan data yang disampaikan dalam sambutan Vincent, setiap tahun terdapat lebih dari 4 ribu pelajar Indonesia yang melanjutkan pendidikan tinggi ke kampus-kampus di Eropa. ”Dengan lebih dari 5 ribu lembaga pendidikan tinggi yang tersebar di berbagai negara, Eropa menjadi salah satu tujuan utama bagi pelajar Indonesia dengan berbagai pilihan studi,” ungkapnya.
Program studi yang inovatif, riset yang maju, biaya studi yang terjangkau serta banyaknya peluang beasiswa bagi pelajar internasional menjadi daya tarik mahasiswa asing untuk melanjutkan studi di Eropa.
Dampak yang diharapkan dari pelaksanaan EHEF, yakni agar kedua pihak mampu membangun hubungan yang lebih erat. Terutama dalam hal pendidikan. "Selanjutnya, hubungan kedua negara ini akan dapat diintensifkan, baik di tingkat penelitian akademis maupun industri," pungkas Vincent.
Salah satu perwakilan dari Prancis yang turut serta dalam EHEF dan hadir dalam Soiree de L’Amitie Franco-Indonesienne adalah Francois KEO, penanggung jawab pengembangan kerjasama internasional Institut Mines-Télécom (IMT) Atlantique. Yakni institusi pascasarjana khusus bidang teknik di Prancis. Institusi tersebut telah membuka tiga cabang. Yakni di Rennes, Nantes dan Brest.
“Di IMT, sebanyak 40 persen mahasiswa kami adalah mahasiswa asing. Tercatat hingga saat ini terdapat 16 mahasiswa asal Indonesia yang belajar di kampus kami,” ungkapnya. Saat itu Francois juga sedang berbincang dengan M Astria N Irfansyah, koordinator bidang kerjasama internasional Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.
Astria menyebut bahwa tiap tahun, ITS selalu mengirimkan satu mahasiswanya untuk menempuh pendidikan di IMT. “Kami mengirim mahasiswa kami dan mereka memilih jurusan yang diinginkan di IMT. Di sana terdapat 30 jurusan yang sangat kompeten dalam bidang sains dan teknologi,” ujarnya. Kemudian disambut anggukan oleh Francois.
Andraine Arkenzi Febreinza menjelaskan kepada pengunjung pameran mengenai keberadaan dan program Institut Francais Indonesia.-DAVID-NADINE-
Keduanya tergabung dalam organisasi French Indonesian Consortium in Engineering and Management (FICEM). Misi utamanya adalah untuk memberi fasilitas kepada para mahasiswa di Indonesia untuk berkuliah di program magister berbagai universitas sains dan teknologi di Prancis. “Kami juga mengembangkan penelitian antara kedua negara dengan mengandalkan mobilitas masuk dan keluar, baik di tingkat doktoral maupun tingkat guru atau peneliti,” ujar Francois.
Francois mengapresiasi para mahasiswa Indonesia yang tertarik belajar di Prancis, terutama di IMT. Ia menyebut bahwa mahasiswa-mahasiswa Indonesia paling dirindukan. Karena mereka ramah dan sopan terhadap semua orang. Kemudian ia mendekat ke Astria dan berkata, “Kau tahu, apa lagi yang saya rindukan soal Indonesia? Nasi goreng!,” ujarnya. Disambut tawa beberapa pengunjung.