Ini seri terakhir dari Meilany. Usai pulang ke Belanda, Agustus lalu dia menambahkan kisahnyi lewat japri. Ternyata orang tua angkatnya, Martens, tidak mengadopsi tiga anak saja. Mereka mendatangkan dua gadis dari Korea Selatan. Jadi, di rumah mereka ada lima anak adopsi dari tiga negara.
— Awalnya Meilany cuma mengatakan bahwa orang tuanyi mengadopsi tiga saudara kandung. Belakangan dia menceritakan bahwa ada lebih banyak anak adopsi di rumahnyi. Meilany masih 8 tahun saat itu. Orang tua angkatnyi memberi tahu bahwa mereka ingin mengadopsi anak lagi. Tentu tidak mungkin dari Indonesia. Presiden Soeharto sudah menutup semua akses adopsi ke luar negeri sejak 1983. Terlalu banyak kasus anak hilang, penculikan, hingga adopsi ilegal. Bisa dibilang Meilany adalah anak-anak terakhir yang dikirimkan 39 tahun silam. Maka, setelah mengadopsi anak ketiga dari Tiongkok, mereka mendatangkan dua gadis perempuan dari Korea Selatan. Seharusnya mereka jadi adik Meilany. Sebab, biasanya orang tua mereka mengadopsi bayi yang baru lahir. Kali ini agak berbeda. Toon dan Ine mengadopsi anak yang sudah berusia 9 dan 10 tahun. Meilany punya kakak asing yang secara fisik berbeda dengan orang tua angkat dan dirinyi. Jadi, pada 1987 rumah mereka makin ramai. Terdapat satu anak laki-laki dan empat perempuan adopsi.Sosok Meilany memakai baju adat surjan lurik hijau.-Dok Meilany- Meilany mengirimkan foto pertemuan kakak adopsi dari Korea Selatan itu. Terlihat sekali bahwa dua saudari dari Korea itu jauh lebih jangkung karena perbedaan usia. Anak-anak dari tiga negara itu terlihat tersenyum bahagia. Tentu mereka terkendala bahasa. Meilany sudah mahir berbahasa Belanda. Namun, dua anak dari Korsel tersebut masih memakai bahasa aslinyi. Perjuangan mereka untuk membiasakan diri tentu lebih berat. Namun, semua saling membantu agar mereka segera membiasakan diri. Suasana lebih ramai di rumah. Namun, Meilany tetap merasakan ada yang hilang dari hidupnyi. Terutama ketika masuk ke usia remaja. Secara alami, anak-anak adopsi pasti menanyakan negara asalnya. Juga, orang tua kandung. Pohon butuh akarnya. Filosofi Mijn Roots. Meski memiliki beberapa saudara dari negara yang berbeda-beda, Meilany terkadang masih merasa kesepian. Setiap kali ibunyi membawa dia pergi ke suatu tempat, dia selalu dihantui rasa takut. Dia tak mau kehilangan orang tua lagi. Meilany khawatir ditinggal untuk kali kedua. Perasaan itu muncul layaknya sebuah trauma. Terkadang, Meilany merasa bahwa dirinyi tidak diinginkan sejak berada di dalam kandungan. Jika orang tua angkat meninggalkannyi, tamat sudah riwayatnyi. Dia tak punya siapa-siapa lagi. Tumbuh menjadi anak adopsi benar-benar memberikan dampak yang luar biasa bagi diri seseorang. Perasaan takut ditinggalkan itu sering menghantui mereka. Kisah tersebut juga disampaikan Sumi Kasiyo di seri sebelumnya. Bahkan, Sumi sampai pergi ke psikolog. Semuanya berubah ketika Meilany memiliki anak. Dia akhirnya merasakan jadi ibu kandung. Dia mengirimkan pesan panjang setelah mengirimkan foto keempat anaknyi itu.
Meilany dan keempat anaknyi. Mereka membuat Meilani meresapi rasanya jadi ibu.-Dok Meilany- Aku mengirim gambar anakku karena mereka menjadikanku seorang ibu. Aku ingin membangun keluargaku sendiri. Ketika aku punya anak, aku benar-benar bahagia. Karena aku bisa mencintai mereka tanpa syarat, yang merupakan sesuatu yang tidak aku alami di masa muda, meski aku memiliki hubungan yang baik dengan orang tua angkatku. Anak-anakku akan selamanya ada di hidupku. Itulah mengapa aku senang menjadi ibu dari anak-anakku yang cantik dan melanjutkan ikatan darah. Anak-anakku juga menjadi alasan pencarian orang tua kandung di Indonesia. Sebab, aku melihat diriku melalui mereka. Dan aku ingin anak-anakku mengenal asal-usul mereka di Indonesia. Juga, kakek dan nenek kandung mereka. Meilany bakal kembali ke Pasuruan untuk misi pencarian yang belum tuntas itu. Masih banyak yang bisa digali. Sampai Jumpa di pencarian tahun depan Kak Mei. Jangan lupa, mampir kantor Harian Disway ! (Lady Khaerunnisa-Salman Muhiddin) Kisah dari Suyatmi . BACA BESOK!