Saya kaget. Pak Kasnadi lebih kaget lagi setelah saya terjemahkan kata-kata petugas itu.
"Loh, bukannya hasil PCR-nya negatif semua?" tanya saya.
"Yang pertama negatif. Yang kedua positif."
"Saya lihat negatif semua kok."
"Coba Anda lihat hasil tes PCR kedua yang kemarin."
Saya langsung ambil HP di saku. Memperlihatkan kepadanya hasil tes PCR Pak Kasnadi yang saya download dari HP saya.
"Ini ada tulisan positif," katanya, sambil menunjuk tulisan "positive" di situ.
Ya, Tuhan. Ternyata kemarin malam kami kelewat senang setelah mendapat QR code kesehatan warna hijau. Sampai-sampai tidak teliti membaca hasil PCR.
Saya menghampiri rombongan.
"Pak Kasnadi positif, Pak. Tidak bisa ke Tiongkok," kata saya kepada Pak Yusuf.
Semua tercengang. Bergegas menghampiri Pak Kasnadi yang masih bersama petugas tadi.
"Kalian satu rombongan?" tanya petugas.
"Betul," jawab saya.
"Dari kemarin bareng?"
"Enggak. Pisah-pisah," kata saya, cepat-cepat. Khawatir kalau bilang iya, bisa-bisa kami juga dilarang ke Tiongkok. Karena akan dianggap orang yang punya kontak erat. Di Tiongkok, jika satu orang positif, orang-orang di sekitarnya bisa sama-sama diangkut ke pusat karantina.
"Coba dilobi, Mas. Siapa tahu masih bisa berangkat," pinta salah seorang di rombongan saya –yang terbiasa dengan pola kerja hukum Indonesia.