KARENA sudah mendapat QR code kesehatan hijau, saya memutuskan cepat-cepat tidur.
Saya juga sudah bilang ke teman-teman satu rombongan, besok mesti tiba di Bandara Soekarno-Hatta paling lambat jam 10 pagi –meski maskapai Xiamen Air yang akan membawa kami ke Tiongkok akan diberangkatkan jam 12.50. Khawatir prosedur check-in-nya ruwet.
Dan benar. Begitu tiba di Cengkareng sekitar jam 9:30, antrean sudah mengular. Rupanya, bukan cuma kami yang dag-dig-dug ser. Orang Tiongkok pun sami mawon. Pengin cepat-cepat dapat kepastian.
BACA JUGA:Catatan Perjalanan ke Tiongkok saat Pandemi (1): PCR Taipan
BACA JUGA: Catatan Perjalanan ke Tiongkok saat Pandemi (2): QR Code Penentu
Maklum, kemarin yang di-upload cuma hasil tes PCR pertama. Padahal, dua-duanya mesti di-upload, untuk memastikan apakah QR code kesehatan kita benar-benar hijau.
Masalahnya, hasil tes PCR kedua baru keluar tengah malam. Tidak sempat disusulkan.
Tapi, kata petugas maskapai di grup WeChat, hasil tes PCR kedua akan dikirimkan langsung oleh mereka ke Kedubes Tiongkok di Jakarta. Tidak perlu kami yang meng-upload sendiri. Yang penting, kalau hasil tes PCR keduanya negatif, tak perlu takut tidak bisa terbang ke Tiongkok.
Saya pun sudah men-download pdf hasil tes PCR kedua yang dikirimkan mereka di grup WeChat. Sekilas, saya lihat kami berlima negatif semua. QR code kesehatan kami juga tetap hijau. Berarti, aman terkendali paling tidak, sampai sebelum kami check-in ini.
Satu per satu QR code kesehatan dan screenshot hasil tes PCR kami diperiksa terlebih dahulu sebelum dibolehkan antre untuk mengurus bagasi dan tiket.
"Jangan buka masker! Ini kesalahan fatal!"
Tiba-tiba petugas Xiamen Air menggertak, menggunakan bahasa Inggris, lantaran melihat satu penumpang Indonesia yang maskernya melorot ke dagu.
Orang itu tak melawan. Maskernya buru-buru dibetulkan.
Sementara kami, tetap mencoba tenang melenggang ke antrean.
Saya tunjukkan QR code kesehatan saya dan empat orang lain dalam rombongan kami.