Tapa Brata, Sekeluarga Tewas di Kalideres

Kamis 17-11-2022,04:45 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Kematian sekeluarga di Kalideres, Jakarta Barat, rumit. Polisi tiga kali olah TKP. Yang terbaru Rabu, 16 November 2022. Penyebab kematian belum bisa dipastikan. Spekulasi berkembang. Sampai ada dugaan, korban pengikut sekte India.

ADALAH pakar forensik emosi dan trainer investigasi Handoko Gani –mengatakan kepada pers, Senin (14/11)– yang menduga sekeluarga yang tewas itu pengikut aliran yang mengajarkan ritual santhara. Yakni, Jain atau Jainisme.

Jain adalah salah satu agama atau kepercayaan religius tertua msantharaasyarakat India. Ada ritual fasting to dead alias santhara. Yaitu, bersumpah berhenti makan dan minum sampai meninggal. Itu lazim di India.

Tujuan fasting to dead adalah pelakunya akan mencapai nirwana atau surga. Penganutnya melaksanakan dengan ikhlas dan semangat. Semangat mati.

Kalau bukan penganut Jain yang melakukan santhara alias samadhi-marana Handoko menduga, para pelaku mungkin punya kelainan jiwa. ”Maka, perlu diperiksa forensik kondisi otak mereka. Apakah ada kelainan jiwa,” ujar Handoko.

Dari kalangan akademik, kriminolog Universitas Indonesia Adrianus Meliala kepada pers, Selasa (1/11), menduga, sekeluarga tewas itu pengikut sekte apokaliptik. 

Adrianus: ”Saya katakan memiliki kecenderungan apokaliptikal. Atau ingin mati, ingin segera meninggalkan dunia, ingin segera datang atau sampai kepada dunia nirwana. Begitulah kaum apokaliptik.”

Tentu, dalam perspektif masyarakat beragama beda, perilaku itu adalah penyimpangan. Atau sekte menyimpang. Tapi, bagi penganutnya, hal itu benar.

Atau, Adrianus menduga, itu pembunuhan. Di antara empat orang sekeluarga yang meninggal tersebut, mungkin ada pembunuh. Setelah membunuh, pelaku bunuh diri. Caranya menggunakan bentuk apokaliptik. Sehingga jadi pembunuhan tersamar.

Adrianus: ”Seumpama itu pembunuhan, pelaku membuat orang lain tidak curiga bahwa itu pembunuhan. Caranya dibuat seolah-olah itu perilaku ritual. Lantas, pelaku bunuh diri dengan cara yang sama dengan cara pembunuhan terhadap korban.”

Handoko dan Adrianus sama-sama menduga bahwa itu adalah perilaku penganut sekte. Sebab, bukti forensik para korban di RS Polri R. Said Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur, di lambung semua korban tidak ada makanan. Kosong. Atau tidak makan berhari-hari.

Tanpa jauh-jauh menyitir sekte India, bagi masyarakat Jawa kuno, kematian model itu tidak mengagetkan. Itu tirakat ekstrem. Biasa disebut tapa brata.

Tapa brata adalah puasa ekstrem. Kalau perlu sampai pelakunya mati. Tujuannya, membersihkan jiwa yang dianggap kotor oleh aneka perilaku buruk di masa hidup.

Santhara, apokaliptik, atau tapa brata beda-beda tipis saja. Intinya, pelaku tidak makan dan minum. Kalau perlu sampai mati.

Seperti heboh diberitakan media massa, pekan lalu ditemukan sekeluarga meninggal di rumah mereka di Perumahan Citra Garden Extension 1, Blok AC 5 Nomor 7, Kalideres, Jakarta Barat.

Kategori :