Belum! Masih harus antre mengurus administrasi swab. QR code health declaration yang kami bikin sebelum boarding itu, dipakai untuk ini.
Ada beberapa ruang swab. Kami diminta menunggu di luarnya. Megafon yang ditaruh di depan pintu terus-menerus membunyikan rekaman pengumuman tidak boleh membuka dan menutup sendiri pintunya. Petugas swab yang di dalam ruangan yang akan melakukannya.
Tes swab-nya sangat cepat. Petugasnya tidak ngomong apa-apa. Hanya menunjukkan nama kita yang tertempel di vacuum tube. Kita mengangguk jika benar. Full bahasa isyarat.
Hidung sudah saya dongakkan. Mata juga sudah saya pejamkan. Eh, yang dicolok ternyata tenggorokan. Senangnya dalam hati.
Tinggal ambil bagasi. Lalu menuju ke bus yang akan mengangkut kami ke pusat karantina.
Jangan mimpi bisa ngacir. Karena kanan-kiri jalan sudah ditabir. Kami "digiring" hanya ke satu tujuan: ke tempat bus terparkir.
Jam telah menunjukkan 12 malam. Lelah. Gerah. APD belum kami lepas.
Di tengah gerimis, bus melaju kencang ke pusat karantina. Hari-hari yang menjemukan dan menakutkan sudah di depan mata. (*)