Gempa Cianjur Tak Berpotensi Tsunami

Selasa 22-11-2022,06:12 WIB
Reporter : Mohamad Nur Khotib
Editor : Doan Widhiandono

CIANJUR, HARIAN DISWAY - Gempa yang mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, itu ternyata hanya terasa 10-15 detik. Durasi guncangannya paling lama ketimbang daerah sekitarnya. Ribuan rumah ambruk dan korban pun berjatuhan. Itu berdasar data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Yang membuat dampaknya makin parah adalah listrik mati di sejumlah wilayah. Sehingga menghambat proses evakuasi. Termasuk longsor yang terjadi di beberapa titik mengakibatkan akses terputus.

Gempa berkekuatan 5,6 itu Magnitudo berpusat di barat daya Kabupaten Cianjur. Tentu guncangan juga merembet ke wilayah lain. Seperti Sukabumi, Bandung, dan kawasan Jabodetabek.

Bahkan para pekerja kantoran di bilangan Jakarta Pusat pun ikut dievakuasi. Termasuk para staf DPR RI di Jalan Jendral Gatot Soebroto berhamburan ke luar. Termasuk beberapa ruangan apartemen Ancol Mansion, Jakarta Utara, mengalami keretakan. 

Di Kabupaten Cianjur terdapat tiga kecamatan yang terdampak parah. Yaitu Kecamatan Cilaku, Kecamatan Cianjur, dan Kecamatan Cugenang.  “Rata-rata kerusakan diakibatkan tertimbun bangunan roboh,” ujar Kepala BNPB Suharyanto saat konferensi pers virtual, Senin sore, 21 November 2022. 

Gempa merusak bangunan pondok pesantren, satu RSUD, empat gedung pemerintah, tiga fasilitas pendidikan, satu unit sarana ibadah, satu unit toko dan satu unit kafe. Dan beberapa jalan terputus.

PT KAI Daop 2 Bandung menghentikan sementara enam perjalanan KA. KA Lodaya dihentikan di Stasiun Indihiang, KA Pasundan dihentikan di Stasiun Ciamis, dan KA Kutojaya Selatan dihentikan di Stasiun Banjar.

Kemudian, KA Serayu dihentikan di Stasiun Kiaracondong, KA Ciremai dihentikan di Stasiun Purwakarta, dan KA Siliwangi dihentikan di Stasiun Ciranjang.


Korban gempa yang dirawat sementara di tenda darurat.-AFP-

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melansir gempa itu berada di kedalaman 10 kilometer dan terjadi di daratan. Dengan begitu, dipastikan tak ada potensi tsunami.  

“Tapi, perlu diingatkan kepada masyarakat. Saat ini intensitas hujan meningkat, jadi perlu juga diwaspadai adanya collateral hazard atau bahaya ikutan,” ujar Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers virtual, kemarin. Yakni potensi bencana lanjutan seperti longsor hingga banjir bandang.

Sebab, pascagempa lereng-lereng menjadi rapuh. Jika intensitas hujan tinggi, dikhawatirkan material-material yang ada di lereng itu terlepas. Sehingga akan memicu longsor dan banjir bandang. 

Dwi pun mengimbau agar masyarakat tidak mendekati lereng maupun bantaran sungai. Di sisi lain, BMKG juga belum dapat memastikan asal gempa di Cianjur itu. Apakah dari aktivitas atau pergerakan sesar Cimandiri atau sesar Padalarang. Masih membutuhkan beberapa data untuk mengecek ulang di lapangan. 

Menurutnya, wilayah Sukabumi, Cianjur, Lembang, Purwakarta, Bandung secara tektonik merupakan kawasan seismik aktif dan kompleks. Sebab, di daerah itu sering terjadi gempa dengan berbagai variasi dan kedalaman sebagaimana yang tampil di monitor BMKG.

Palang Merah Indonesia (PMI) menyatakan ada penambahan korban yang meninggal dunia akibat gempa Cianjur pada Senin 21 November, menjadi 56 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 40 anak-anak dan sisanya merupakan orang dewasa. Total korban mencapai 120 orang.

Kategori :