Bangunan sekolah yang rusak parah akibat gempa di Cianjur. -BPBD Kabupaten Cianjur-
Pakar Geologi ITS Amien Widodo mengatakan, gempa selalu datang tiba-tiba. Tidak bisa diprediksi. Termasuk yang terjadi di Cianjur, Jawa Barat, kemarin. “Sebetulnya gempa 5,6 Magnitudo itu kecil. Yang dikhawatirkan itu kalau sudah mencapai tujuh,” katanya kepada Harian Disway.
Namun, gempa kecil memang bisa berdampak buruk. Termasuk merenggut banyak nyawa. Sebab, tidak ada mitigasi yang dipersiapkan dengan matang. Terutama menyangkut desain rumah yang tak ramah gempa.
“Jadi, sebetulnya gempa itu tak membunuh. Tetapi banyak korban meninggal karena kena reruntuhan bangunan rumah,” tambahnya. Sebab, rumah-rumah di kawasan bencana di Indonesia banyak yang tak memenuhi standar gempa. Misalnya, tidak ada rangka besi.
Kondisi itu jauh berbeda dengan zaman kerajaan. Penduduk zaman dulu justru lebih paham dengan desain rumah yang rawan bencana. Mereka membuat rumah dari kayu atau bambu. Sehingga jika terjadi bencana, risiko bisa diminimalkan.
“Menurut saya, kuncinya ya kembali ke kearifan lokal. Perlu penataan ulang,” terang Amien. Semua desain rumah berubah setelah era perjuangan kemerdekaan. Rumah-rumah penduduk mulai dibangun dengan batu-bata yang tak tahan gempa. (Mohamad Nur Khotib)