Dunia butuh Taiwan. Semua harus mengakui itu karena 64 persen pasar semikonduktor yang dibutuhkan peralatan elektronik sudah mereka kuasai. Namun, bagaimana jika teknologi itu jadi senjata militer yang jadi senjata makan tuan? Pertanyaan tersebut muncul ketika kami mengunjungi salah satu perusahaan semikonduktor terbesar Taiwan: Macronix International.
MACRONIX bermarkas di Hsinchu. Satu jam naik bus dari pusat Kota Taipei. Tiga bus yang membawa 31 jurnalis internasional berkunjung ke sana di hari ketiga, 16 November 2022. Bus mengarah ke selatan. Rombongan menembus pegunungan hijau yang penuh dengan terowongan jalan bebas hambatan.
PEMANDANGAN HIJAU dan terowongan di jalan bebas hambatan Taiwan saat kami menuju ke Hsinchu, markas Macronix.-Salman Muhiddin/Harian Disway- Sehari sebelumnya kami diminta melakukan swab mandiri. Pakai perangkat antigen gratis yang kami dapat dari Bandara Taoyuan. Hanya, di tempat itu aturannya agak ketat. Bahkan, di semua kantor kementerian yang kami datangi tidak perlu swab . Wakil Menteri Luar Negeri Tien Chung-kwang mengatakan, Taiwan menangani pandemi dengan lebih tenang. Tidak seperti Tiongkok daratan yang menerapkan kebijakan nol Covid-19. Jika ada satu pasien yang terkonfirmasi, satu kota bisa di- lockdown . Kebijakan itu tetap bergulir di Tiongkok sampai sekarang. ”Kami menangani pandemi tanpa lockdown ,” ujar Tien. Bukti swab difoto dengan latar belakang koran Taipei Times dengan gambar pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Itu menunjukkan bahwa hasil swab dilakukan sehari sebelum kunjungan. Untung, tak ada yang positif meski beberapa wartawan mengalami batuk dan pilek. Kami semua bisa menemui Miin Wu secara langsung di markasnya. Miin Wu menyapa kami dengan ramah. Maskernya tak pernah lepas ketika menerangkan hasil riset dan produk Macronix di ruang galeri perusahaan. Wu yang sudah berusia 75 tahun menceritakan kisah sukses perusahaan yang ia dirikan pada 1989 itu. Ia kembali ke Taiwan setelah menuntaskan pendidikan di Stanford University di California, Amerika Serikat, dan meniti karier di sana. Macronix adalah produsen cip dan memori pertama Taiwan. Mereka adalah satu dari sedikit perusahaan Taiwanese Integrated Device Manufacturer (IDM) yang dapat merancang, memproduksi, dan menjual produk integrated circuit (IC)-nya sendiri. Hal itulah yang membuat Taiwan tak tertandingi dalam teknologi cip di pasar global.
RANGKAIAN SEMIKONDUKTOR yang disusun jadi lukisan bunga teratai di markas Macronix.-Salman Muhiddin/Harian Disway- Wu membawa banyak rekan insinyur Taiwan untuk pulang. Gerakan itu disebut Reverse Brain Drain atau Pengurasan Keterampilan Terbalik. Ambil ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya dari AS, lalu bawa pulang ke Taiwan. Miin Wu berdiri di dekat layar yang menampilkan majalah Forbes dengan foto dirinya. Ia adalah orang Taiwan pertama yang jadi sampul majalah itu. Ia juga menunjukkan bagaimana Macronix berkembang dengan perusahaan game seperti Nintendo, sistem mobil pintar, sepeda listrik, komputer, peralatan medis, hingga drone pintar. Rupanya, ada wartawan yang menggarisbawahi soal drone itu. Pesawat tanpa awak tersebut banyak dipakai di pertempuran Rusia dan Ukraina. Lalu, muncullah pertanyaan soal perang itu. Apakah Wu tidak khawatir produk teknologi yang mereka ekspor ke berbagai negara, termasuk Tiongkok, itu bakal jadi senjata makan tuan? Peralatan militer canggih butuh mikroprosesor yang canggih pula. Taiwan punya itu semua. Jika tidak jadi senjata makan tuan, teknologi tersebut tentu bisa membunuh banyak orang di belahan dunia lain. Wu menanggapi pertanyaan itu dengan tersenyum. Sambil berdiri, ia menepis kalimat tersebut. ”Saya tidak memiliki bola kristal, saya tidak tahu apa yang akan terjadi. Tetapi, terlalu khawatir tidak ada gunanya,” ungkapnya. Hubungan Taiwan dan Tiongkok memang memanas. Namun, bisnis tetap jalan. Banyak pebisnis yang tak mau bicara soal politik. Cenderung menghindar. Pun, beberapa kali Wu mengatakan bahwa dirinya bukan bagian dari pemerintah. Bukan pula politikus. Banyak warga Taiwan yang sudah tak terlalu khawatir dengan ancaman invasi Tiongkok. Bahkan, salah seorang pegawai hotel tempat kami menginap mengatakan bahwa kegiatan militer Tiongkok si Selat Formosa hanya gertak sambal. Saking seringnya mereka ditakut-takuti, banyak warga yang jadi cuek. ”Saya membuat semikonduktor, biarkan politisi yang menanganinya (urusan dengan Tiongkok, Red). Semikonduktor adalah teknologi, bukan senjata,” lanjutnya. (Salman Muhiddin) Presiden Taiwan Mundur dari Ketua Partai . BACA BESOK!