Program Kartu Prakerja menjalankan misi ganda: meningkatkan keterampilan sekaligus menjaga daya beli. Dapat bonus: kenaikan inklusi keuangan dan digital sekaligus.
--
MENUTUP tahun 2022, Program Kartu Prakerja mencatat beberapa capaian. Sejak Gelombang 1 dibuka pada April 2020 dan Gelombang 47 ditutup akhir tahun ini, total penerima manfaat Kartu Prakerja mencapai 16,42 juta orang. Jumlah ini jauh di atas target awal. Sewaktu menggagas program, Presiden Joko Widodo mematok penerima Kartu Prakerja sebanyak 2 juta orang setiap tahun.
Keberhasilan program ini tampak saat 17 Juni 2022, Jokowi bertemu sekitar 8 ribu alumni Kartu Prakerja dari 514 kabupaten kota se-Indonesia dalam event Temu Raya #KitaPrakerja di Sentul, Bogor. Jokowi mengapresiasi, dalam 2,5 tahun pelaksanaannya, program Kartu Prakerja telah menjangkau belasan juta penerima manfaat. “Besar sekali, ini angka yang tidak kecil. Produktivitasnya meningkat, skill-nya meningkat, pengalaman kerjanya karena pelatihan ini menjadi meningkat. Saya sangat senang sekali terhadap program Kartu Prakerja,” ungkap Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi berdialog dengan perwakilan alumni Kartu Prakerja dari Bogor dan Cirebon (Jawa Barat), Ende (NTT) dan Brebes (Jawa Tengah).-Setpres-
Temu Raya #KitaPrakerja menghadirkan alumni terbaik dari masing-masing kota dan kabupaten di Indonesia. Dalam skala lokal, acara serupa juga hadir di berbagai daerah seperti Mataram, Sumba, Bengkulu, Nias, Sintang, Bontang, Yogyakarta, Surabaya, Madiun, hingga Banda Aceh.
Sesuai Peraturan Presiden 3/2020 dan Permenko 36/2020, Program Kartu Prakerja memiliki beberapa tujuan, yakni mengembangkan kompetensi, meningkatkan produktivitas dan daya saing, serta mengembangkan kewirausahaan angkatan kerja. Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Purbasari mengatakan, ada dua masalah utama ketenagakerjaan di Indonesia, yakni kurangnya lapangan pekerjaan dan ketimpangan antara lowongan pekerjaan yang tersedia dengan keterampilan yang dimiliki angkatan kerja. “Program Kartu Prakerja diluncurkan untuk mengurangi skill gap angkatan kerja Indonesia. Program ini melengkapi program-program pelatihan yang sudah ada, dengan memberi bantuan biaya pelatihan secara langsung kepada peserta dan insentif usai menyelesaikan pelatihan,” jelasnya.
Upaya mengikis ketimpangan keterampilan angkatan kerja dilakukan Program Kartu Prakerja dengan memberi beasiswa pelatihan. Total, ada lebih dari 1.200 pelatihan yang disiapkan oleh 186 lembaga pelatihan. Pelatihan-pelatihan ini bersifat praktis, dengan tujuan memperlengkapi peserta agar siap bertarung di dunia kerja. Misalnya, Kategori Pelatihan Penjualan dan Pemasaran, Gaya Hidup, Makanan dan Minuman, Manajemen, Bahasa Asing serta Perkantoran.
Pelatihan keterampilan bagi angkatan kerja Indonesia menjadi penting karena mengutip data BPS, 90 persen dari 135 juta angkatan kerja belum pernah ikut pelatihan bersertifikat. “Angka 90 persen ini ekuivalen dengan 120 juta orang angkatan kerja kita,” kata Denni. Ia menambahkan, berdasarkan Studi Persepsi Bank Dunia (2016), alasan utama para pekerja tidak mengikuti pelatihan adalah tidak tersedianya pelatihan yang sesuai. Terlebih lagi, kehadiran Pandemi Covid-19 memberi dampak besar terhadap ketenagakerjaan. Berdasarkan data BPJS, sebanyak 29,12 juta penduduk usia kerja terdampak dan 2,56 jutanya berhenti bekerja. Di sinilah pelatihan-pelatihan Kartu Prakerja hadir untuk menambah nilai tawar angkatan kerja kita dalam bersaing di pasar kerja.
Temu alumni Kartu Prakerja di Sintang, Kalimantan Barat, 1 September 2022. -Foto: Manajemen Kartu Prakerja-
Riset Presisi Indonesia menunjukkan bahwa penerima menerima meraskaan pengembangan ketrampilan kewirausahaan 49 persen lebh dibanding non-penerima. 49 persen dalam waktu kurang dari 3 tahun. Peserta program merasakan ada pengembangan keterampilan kewirausahaan. Selain itu, partisipasi dalam Program Kartu Prakerja berkorelasi dengan peningkatan upah sebesar 17- 21 persen, atau sekitar Rp. 255.000-315.000, jika rata-rata upah penerima sebesar Rp. 1,5 juta per bulan. “Kartu Prakerja berdampak seperti yang diharapkan. Kecenderungan mengambil pelatihan naik 119 persen,” kata Profesor Harvard Kennedy School, Rema Hanna.
Di Jawa Timur, penerima efektif Kartu Prakerja mencapai 1.707.756 orang, dengan total insentif yang sudah disalurkan sebesar Rp 3,79 triliun. Jawa Timur menjadi provinsi kedua dengan peserta Program Kartu Prakerja terbanyak setelah Jawa Barat.
Aprianto, 26 tahun, alumni Kartu Prakerja Gelombang 4 dari Surabaya mendapatkan manfaat Kartu Prakerja untuk menambah skill yang bisa mendukung bisnisnya sebagai game developer, selain sebagai Guru Teknologi Informasi Komunikasi (TIK). Berkat ilmu dari pelatihan Kartu Prakerja, Aprianto bisa memahami dasar membuat karakter animasi bagi permainan edukasinya sehingga menjadi lebih menarik. Dan dengan pelatihan fotografi, ia menambah nilai jual usaha istrinya sebagai make-up artist. “Terima kasih Kartu Prakerja karena telah memberikan pelatihan gratis dan memberikan banyak dorongan untuk wirausaha seperti saya,” kata Aprianto.
Rasa senang juga datang dari Diyah Rosianingsih, penerima Kartu Prakerja Gelombang 7 dari Kabupaten Sidoarjo. Saat ini, Diyah menjalankan bisnis online shop, seperti aksesoris mobil, motor, sepeda, dan juga menjadi reseller produk bumbu makanan khas Sidoarjo. “Berkat pelatihan dan insentif dari Kartu Prakerja, saya bisa bertahan di masa pandemi, bahkan bisa membuka lowongan pekerjaan untuk orang lain untuk bantu mengelola toko online saya,” katanya.
-Annisa Salsabila-Harian Disway-