LAIJ Victor Effendi masih ingat betul apa yang diajarkan orang tuanya sejak belia: sajak pendek berjudul "悯农" (Mǐn Nóng). Ini adalah syair masyhur yang ditulis oleh Li Shen 李紳 (772-846), pujangga era dinasti Tang.
Bunyinya:
"锄禾日当午,汗滴禾下土。
谁知盘中餐,粒粒皆辛苦。"
Cara bacanya:
"Chú hé rì dāng wǔ, hàn dī hé xià tǔ.
Shéi zhī pán zhōng cān, lì lì jiē xīn kǔ."
Terjemahan bebasnya:
"Mencangkul dan menyemai di siang hari, keringat bercucuran bersama bulir padi.
Tahukah engkau nasi di piring berasal, tiap butirnya dari jerih payah."
"Dari situ, papa-mama saya selalu mengajari saya untuk tidak menghambur-hamburkan penganan. Mesti ingat bahwa di luar sana masih banyak yang kesusahan," kenang wakil rektor bidang operasional Universitas Ciputra tersebut.
Persis pepatah yang disadur dari kitab Shiji (史记) karya sejarawan agung Sima Qian 司马迁, "节衣缩食" (jié yī suō shí): menyayangi yang dimakan dan mengirit yang dipakai.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Pemilik Estine Aesthetic Clinic dr Christopher: Mou Shi Zai Ren, Cheng Shi Zai Tian
Sayangnya, kalau menurut laporan Barilla Center Food and Nutrition’s, pada 2021 silam Indonesia malah menempati urutan ke-8 sebagai negara anggota G20 yang paling banyak membuang-buang makanan.
Bisa jadi karena disengaja; namun tidak menutup kemungkinan pula disebabkan oleh kesalahan saat proses panen, distribusi yang tersendat, dan penyimpanan yang kurang baik –yang kemudian menjadikannya cepat rusak dan terbuang sia-sia.