Ratusan ribu wali murid dan guru di Surabaya sudah plong. Anak-anak dan siswa-siswi mereka berhasil memecahkan rekor tari remo massal terbanyak versi Muri (Museum Rekor Dunia-Indonesia), Minggu, 18 Desember 2022. Jumlah pesertanya 65.946 pelajar. Jauh lebih banyak daripada prediksi awal: 10 ribu peserta.
--
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Kesibukan wali murid sepekan belakangan terbayar sudah. Mereka dibuat pusing karena atribut remo langka. Selendang merah, udeng, halsduk, dan gongseng atau lonceng kecil yang dipasang di kaki penari remo sulit dicari. Wali murid pontang-panting saat acara makin dekat. Pemkot sampai bikin konferensi pers dua hari sebelum acara. Kadispendik Surabaya Yusuf Masruh turun tangan. Ia mengatakan, pemkot berharap ada keseragaman, tetapi pelajar yang tidak punya atribut lengkap tetap boleh ikut. Peserta yang tak punya udeng bisa pakai halsduk merah putih. Kalau tak punya selendang merah, bisa pakai warna lain. Gongseng yang paling sulit dicari juga tak diwajibkan.Penari remo dari SD dan SMP Surabaya memakai kostum komplit. Ada pula yang hanya memakai hasduk dan selendang.-Julian Romadhon/Harian Disway- Meski atribut tidak diwajibkan, banyak pelajar yang tetap tampil maksimal. Mengenakan kostum remo komplet. Mereka disebar di sepuluh titik kota. Pusatnya ada di Jembatan Suramadu di Pantai Kenjeran. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memimpin pasukan remo cilik itu di sana. Acara seharusnya dimulai pukul 07.00. Namun, tidak semua peserta bisa hadir tepat waktu karena padatnya jalan menuju lokasi tari. Banyak yang berangkat pagi buta karena tak mau terjebak kemacetan. Salah satunya Emil Mahatun, guru agama SDN Sidotopo Wetan 5. ”Persiapan latihan anak-anak sudah lama, berangkat pun setelah subuh dan berangkat bareng dari sekolah,” ungkapnya. Maka, acara baru bisa dimulai pukul 07.30. Agak molor, tetapi masih sangat wajar. Suara gemerincing lonceng bersahutan. Berderap-derap, sangat kompak. Ada layar besar yang terpasang sehingga semua peserta bisa melihat sepuluh titik tari massal: Tunjungan, Tugu Pahlawan, Jembatan Merah, Jembatan Sawunggaling, Taman Surya, Balai Pemuda, Taman Bungkul, Taman Apsari, Taman 10 November, dan halaman sekolah-sekolah SD dan SMP se-Surabaya. Orang tua yang ikut berjuang langsung plong ketika acara sudah dimulai. ”Bangga banget bisa ikut memecahkan rekor Muri untuk Surabaya,” ujar Happy, ibunda siswi kelas IV SDN Airlangga 3, Nabila, yang menonton putrinyi di Jembatan Sawunggaling. Putrinyi melenggak-lenggok dengan kompak mengikuti irama musik. Bukan hanya Happy. Ratusan orang tua yang datang mengantar juga terlihat begitu antusias. Mereka berebut tempat untuk mengabadikan momentum sang buah hati memecahkan rekor. Happy sangat terharu karena tahu perjuangan memecahkan rekor itu tidak mudah. Bukan hanya urusan kostum. Melainkan, dia juga melihat putrinyi begitu gigih ikut berlatih tari remo di sekolah tiga kali seminggu.
Sejumlah peserta Tari Remo massal melakukan geladi bersih di halaman Tugu Pahlawan Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (17/12/2022).-Julian Romadhon- Banyak orang tua atau wali murid yang khawatir dengan kesehatan putra-putrinya. Karena itulah, pemkot sempat menerima banyak protes. Namun, badai sudah dilalui. Kini yang tersisa adalah rasa bangga. Semua berkat kerja sama pelajar, wali murid, guru, dan semua panitia yang terlibat. Berkat kolaborasi itu, Surabaya bisa mencetak sejarah. ”Pokoknya lega. Anak saya kebetulan memang ikut les menari di sekolah. Jadi, kami dukung penuh di acara pecah rekor ini,” ujar Pipit, ibunda Aya, siswa kelas VI SDN Wonokromo.
Merah putih di Jembatan Suroboyo. Surabaya berhasil memecahkan rekor Muri penari remo terbanyak. pesertanya nyaris 66 ribu.-Julian Romadhon/Harian Disway- Ada 400 SD dan SMP yang sudah punya ekstrakurikuler tari. Pemkot Surabaya menggunakan kekuatan itu untuk melestarikan remo yang terus tergerus zaman. ”Ekstrakurikuler remo ini akan saya jadikan wajib, tapi bukan tarinya saja. Tapi, sebenarnya dilihat filosofinya apa tarian remo sehingga anak yang masuk SD-SMP itu tari remo filosofinya ini, semangat pahlawannya ini, pengorbanannya seperti ini,” kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Jika setiap sekolah wajib punya ekstrakurikuler remo, bisa dibayangkan beberapa banyak penari remo yang dilahirkan. Rekor tahun ini bisa pecah tahun depan. Untuk wali murid, atribut tarinya jangan sampai hilang, ya. Siap-siap tahun depan dipakai lagi! (Eko Setyawan/Rifka Firzanah Rahmasari-Salman Muhiddin)