Datangnya bencana –apa pun bentuknya– memang selalu tiba-tiba. Bencana adalah mimpi buruk yang datang tanpa diundang. Hanya, perbedaannya, jika mimpi buruk akan hilang dengan sendirinya ketika kita terbangun, dampak bencana tidaklah hilang dengan sendirinya.
Bencana pandemi Covid-19 diakui atau tidak telah mengakibatkan ratusan ribu penduduk Indonesia dan jutaan penduduk dunia kehilangan orang-orang terdekat yang mereka kasihi. Itu adalah bencana kesehatan yang ungguh sangat mematikan dan mungkin terbesar selama ini.
Pengalaman yang terekam, baik oleh pemberitaan wartawan maupun teks-teks yang terekam di media sosial seputar Covid-19, adalah sebuah pelajaran penting dalam kehidupan manusia. Banyak cerita menuturkan bagaimana masyarakat dan negara gagap menghadapi bencana yang tidak terduga itu.
Kemunculan dan persebaran Covid-19 yang luar biasa cepat menjadikan dunia seolah mati langkah. Virus berbahaya tersebut tidak hanya mengancam keselamatan nyawa korban-korbannya, tetapi juga mengancam kelangsungan ekonomi dan memorak-porandakan sendi-sendi kehidupan sosial masyarakat.
Dengan mendirikan museum Covid-19, harapan kita adalah anak-cucu bangsa Indonesia bisa belajar dari sejarah. Museum yang dibangun nanti (jika memang jadi), diharapkan tidak hanya menampilkan kisah-kisah dan bukti keganasan virus Covid-19. Tetapi, juga menampilkan upaya-upaya cerdas dan inovatif tentang apa yang telah dihasilkan insan-insan kampus ketika turut andil dalam penanganan Covid-19.
Ditemukannya Vaksin Merah Putih, Robot Raisa, dan lain-lain adalah produk-produk inovatif yang dihasilkan perguruan tinggi dalam menghadapi ancaman Covid-19. Semua ikhtiar, penderitaan, dan semangat untuk mengatasi bencana Covid-19 secara bersama-sama adalah warisan yang perlu dijaga dan diperlihatkan kepada anak cucu kita melalui museum Covid-19.
Adakah pejabat negara dan elite politik yang setuju dan mendukung gagasan itu? (*)
* Dekan Fakultas KEdokteran Gigi Unair
** Dekan FISIP Unair