YOGYAKARTA, HARIAN DISWAY - Sandiaga Salahuddin Uno memang sudah siap turun gelanggang pemilihan presiden (Pilpres) 2024 nanti. Itu sudah dinyatakannya usai menjadi pembicara di Universitas Surabaya pada bulan lalu.
Kini, Sandiaga pun kian mempertegas jalur politiknya. Yakni setelah menghadiri acara Silaturahmi Akbar Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di Stadion Kridosono, Yogyakarta, Minggu, 8 Januari 2023.
Sandiaga paham betul posisinya sebagai kader Partai Gerindra. Sebelum melangkah lebih jauh, ia pun bakal menemui Prabowo Subianto dalam waktu dekat. Juga para petinggi dan sesepuh lain dalam partai.
“Semuanya itu harus mendapatkan restu. Saya nanti akan tabayun dengan Pak Prabowo,” katanya kepada wartawan di Stadion Kridosono. Tentu, kata Sandi, itu sesuai dengan etika dalam berpolitik. Supaya hubungan baik tetap terjaga.
BACA JUGA:Ariel Noah Bantu Sandiaga Uno
Plt. Ketua Umum PPP Mardiono turut buka suara. Ia menyatakan siap mengusung Sandi sebagai calon presiden (capres) di Pilpres 2024. Bahkan hal itu sudah dikomunikasikan dengan para petinggi Gerindra.
Menurutnya, kolaborasi politik kedua partai itu keniscayaan. Terbukti selama ini banyak kader PPP yang dicalonkan oleh Gerindra di daerah. Mulai dari bupati, wakil bupati, wali kota, dan wakil wali kota.
“Juga nanti pemilu 2024. Tentu PPP tidak akan menutup hanya kader PPP, tapi kader-kader dari partai lain juga,” katanya. Dalam acara itu, Mardiono mengumbar kinerja Sandiaga sebagai Menparekraf kepada para kader. Terutama peran dalam pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang terpuruk selama pandemi Covid-19.
“Secara jaringan dan logistik, Sandiaga yang saat ini berada di pemerintahan tampaknya masih bisa mengonsolidasikan para pendukungnya,” kata Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs Ahmad Khoirul Umam. Bisa melalui pemenuhan kompensasi dan skema transaksional.
Namun, pengalaman Pilpres 2019 tentu masih menyisakan sejumlah catatan tersendiri. Terutama tentang komitmen Sandiaga di mata partai-partai mantan mitra koalisi. Seperti PKS, PAN, Demokrat, hingga Gerindra sendiri. Maka diperlukan usaha ekstra agar bisa meyakinkan mereka untuk kembali mendukung Sandiaga di Pilpres 2024 mendatang.
Gerindra, kata Umam, adalah mesin politik yang didesain untuk memfasilitasi agenda kepentingan Prabowo. Desain organisasi kepartaiannya cenderung sentralistik dan lebih menunjukkan corak "demokrasi terpimpin".
Konsekuensinya, tidak ada kontestasi internal untuk mendapatkan mandat partai sebagai capres. Sebab, predikat capres akan otomatis melekat pada diri Prabowo. Hingga Prabowo menghendaki regenerasi pada saatnya nanti.
“Dalam konteks ini, wacana capres Sandiaga melalui Gerindra menjadi tidak relevan,” ujar dosen Ilmu Politik Universitas Paramadina itu. Sandiaga belum memiliki cukup kapasitas dan ruang manuver dalam sangkar Gerindra. Yakni untuk memobilisasi kekuatan dan mengambil alih kepemimpinan Gerindra dari tangan Prabowo.
Ada Simbiosis mutualisme antara PPP dan Sandiaga. PPP sedang membutuhkan dukungan logistik besar untuk mempertahankan eksistensinya di Senayan. Sandiaga membutuhkan PPP sebagai kendaraan politik untuk bargaining position di Pilpres 2024 mendatang.
“Antara Sandiaga dan PPP juga tidak memiliki titik temu ideologis dan basis pemilih yang sama,” ungkap Umam. Jika PPP diambil alih Sandiaga, besar kemungkinan akan dimanfaatkan untuk kembali meningkatkan bargaining position di hadapan capres lain. Tak terkecuali di hadapan Prabowo. (*)