”Ngetan Ngulon” oleh 10 Perupa Supersub (2): Timur Belajar ke Barat

Sabtu 04-02-2023,06:48 WIB
Reporter : Heti Palestina Yunani
Editor : Heti Palestina Yunani

Berpameran hingga 14 Februari 2023 di Miracle Prints Art Shop & Studio, di Bantul, DIY, milik Syarizal Pahlevi, 10 perupa Supersub bagai ”cek ombak”. Mereka berharap membawa pulang sejumlah masukan yang berharga dari Yogyakarta.

Dirancang sederhana tapi serius, pameran diberi titel Ngetan Ngulon. Menurut Tamtama Anoraga alias Tomi, penggagas, getan berarti ke arah timur, ngulon berarti ke arah barat. ”Kenyataannya demikian. Perupanya dari wilayah timur alias wetan. Sama-sama pergi ke wilayah barat atau kulon. Belajar dari kiblatnya seni rupa Indonesia di Yogyakarta,” terang perupa itu.B: Lukisan berobjek kupu-kupu yang mengapit M Hasan Basri. Dari hewan itu, ia belajar menghadapi kehidupan.

Digagas pada 2021 di Malang, Supersub memang menampung potensi perupa Jawa Timur. Dari Malang, ada Mude, Teguh Nuswantara, David Sugiarto, Yudha Aminta, dan Mungsyeh Jarot. Dari Tulungagung, ada M Hasan Basri, Aris Arfan, Saiful Angklung, Tovick, dan Rudi Susanto.

Mereka menganggap bahwa Yogyakarta tempat yang tepat untuk menjejakkan proses untuk ke depan. Lebih-lebih buat perupa otodidak. Di Yogyakarta, Tovick takjub dengan berbagai gaya dan karakter karya yang dihasilkan para perupa Yogyakarta. Karena itu, dalam pameran keduanya di Yogyakarta, ia butuh kritikan.

Terinspirasi idolanya, Jean-Michel Basquiat, ia melukis Tribute To The Idol. Mengambil gaya berbeda, Tovick menggunakan teknik pointilisme tanpa meninggalkan karakter awal Basquiat.
Tovick melukis dengan mengambil inspirasi dari dua idolanya, Jean-Michel Basquiat dan Sid Vicious.--

Idola lainnya, Sid Vicious, ia lukis dalam judul yang sama. Ia mengabadikan gaya fashion era ’70an yakni subculture punk yang tak biasa di mata orang umum. ”Ia contoh paling menarik. Sebab fashion seperti dia malah banyak yang menyukai. Bahkan ditiru sampai saat ini,” katanya.

Kecintaannya pada hujan mendorong perupa kelahiran Jakarta itu dalam Rainy Day. ”Sudah lama aku ingin melukis tentang hujan. Banyak kesan yang aku dapat di kala hujan,” tegasnya.

Seperti Tovick, Hasan mendalami seni rupa secara otodidak. Di antaranya karena sering bersinggungan dengan pelukis senior Tulungagung di antaranya Yoyok Siswoyo. Satu lagi dari guru menggambar, Moelyono. ”Di Yogyakarta, banyak perupa senior yang ingin saya pelajari karyanya,” kata pelukis kelahiran Tulunggagung, 11 November 1989.
Lukisan berobjek kupu-kupu yang mengapit M Hasan Basri. Dari hewan itu, ia belajar menghadapi kehidupan.--

Untuk Ngetan Ngulon, Hasan membawa karya yang diambilnya dari permasalahan yang ia alami. Di antaranya menjadi Dare To Survive #1 dan Dare To Survive #2. Keduanya terilhami kupu-kupu. Gambaran perjuangan dan pengalaman selama menjalani hidup.

Versi pertama mendidik Hasan tentang sabar dengan masalah baik kecil atau besar. Tergambar kupu-kupu yang warna-warni. ”Selama kita enggak menyerah maka kita bisa menjalani apa pun,” terangnya.

Dalam versi kedua, Hasan belajar tentang perjuangan. Ada tambahan sayap sebelahnya berupa origami yang mengandung filosofi kesabaran dan ketelitian atau ketelatenan dalam berkreativitas.

”Saat berkarya, kita enggak boleh bergantung dengan fasilitas. Ketika kita tidak sempurna maka kita harus bisa kreatif dan mencari akal agar bisa melengkapi kekurangan itu. Semua perlu keberanian. Bertahanlah dalam situasi apa pun,” tegasnya.

Juga berguru pada Moelyono, Saiful membuat karya untuk pameran perdananya di Yogyakarta, dengan model anaknya sendiri, Azzam Khoirul Anwar, 8 tahun. Menjadi judul Terus Tumbuh dan Meraih Cita-cita. ”Ia yang memberi saya semangat untuk terus berkarya sampai berhasil meraih apa yang saya harapkan,” katanya. 
Model lukisan karya Saiful Angklung ini tak lain adalah putranya sendiri yang berusia 8 tahun sekarang.--

Satu karya masih berobjek wajah anak-anak yaitu Tetap Bersyukur. Mengingatkan tentang semangat belajar meskipun banyak kekurangan dan kesulitan. Satu lagi, Ganasnya Kelembutan yang berobjek wajah harimau dan perempuan. Dua sisi yang mewakili keganasan dan kelembutan.

Otodidak pula, peraih medali perak UOB Painting of The Year Indonesia 2022 kategori Perupa Pendatang Baru, Aris, belajar seni rupa dengan aktif di UKM Lentara saat ia kuliah di Universitas Muhammadiyah Malang.
Lukisan serial berjudul Tiga Tahun Masa Paceklik edisi 1-3 karya Aris Arfan yang menceritakan tentang isi hadis Rasulullah SAW.--

Kategori :