SYLVIA HUANG bertekad untuk menjadi orang yang "饮水思源" (yǐn shuǐ sī yuán): ketika minum air, mengingat sumbernya.
"Dulu ekonomi keluarga kami tidak bagus. Sangat kekurangan. Untungnya sering ada tetangga dan teman yang memberi kami makanan dan keperluan harian," kenang program manager Section of Academic Exchange, Office of International and Cross-Strait Cooperation, Chaoyang University of Technology (朝陽科技大學), Taiwan, tersebut.
Selama kuliah pun, Sylvia sambil kerja. Dari situ dia mengenal seorang teman yang tak kalah baiknyi.
"Keluarganyi membantu saya menopang hidup. Waktu keluarga saya kecelakaan, mereka orang pertama yang datang ke lokasi kejadian. Mereka bahkan menjadi orang yang mendukung saya menyelesaikan kuliah di luar negeri," terang Sylvia.
Sylvia merasa berutang budi pada mereka. "Sekarang, kalau dia, atau keluarganyi butuh bantuan, saya juga sebisa mungkin membantu. Karena saya sadar pencapaian saya saat ini adalah berkat dukungan mereka," ujar Sylvia.
Sylvia pun terus berusaha membalas kebaikan orang-orang lain yang telah menolongnyi. Baginyi, "食果子拜樹頭,食米飯拜田頭" (shí guǒ zi bài shù tóu, shí mǐ fàn bài tián tóu): makan buah mesti hargai pohonnya, makan nasi mesti hargai lahannya.
"Saya percaya, orang yang mempunyai hati untuk membalas budi, akan memahami makna pepatah 'ketika minum air, mengingat sumbernya', akan memahami perlunya rendah hati dan sopan santun, akan memahami pentingnya menghormati satu sama lain, akan memahami pentingnya berbuat baik kepada sesama," tutur Sylvia.
Dari situ Sylvia yakin, "Kalau semua orang tahu berterima kasih, tahu bertoleransi, maka masyarakat akan harmoni dan tenteram. Dengan demikian, setiap orang dari kita akan bisa hidup damai dan bahagia." (*)