Momentum Puasa Ramadan: Jalin Hubungan Baik dengan Alam Semesta

Senin 27-03-2023,13:12 WIB
Oleh: Purnawan Basundoro

PUASA Ramadan bagi umat Islam merupakan ibadah yang sama pentingnya dengan salat. Jika salat (wajib) dilaksanakan lima kali dalam sehari, puasa Ramadan hanya dilakukan sebulan (sekitar 30 hari) dalam satu tahun. 

Walaupun dilakukan dalam waktu yang terbatas, puasa Ramadan memiliki dimensi yang sangat luas. Dimensi pertama tentu saja menyangkut hubungan antara manusia dan Sang Pencipta Allah SWT (hablum minallah). Manusia yang dimaksud di sini tentu saja manusia yang beriman sebagaimana perintah puasa Ramadan ditujukan.

Kewajiban untuk berpuasa adalah perintah Allah SWT sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 183. Manusia beriman wajib menaati perintah Allah tersebut sebagaimana dicontohkan para nabi. 

Hanya dengan menaati setiap perintah dan menjauhi larangan-Nya, manusia memiliki hubungan yang akrab dengan Sang Pencipta. Menjalankan ibadah Ramadan pada hakikatnya adalah implementasi kedekatan tersebut, bahkan disebutkan bahwa ibadah puasa adalah ibadah yang bersifat unik. Hanya yang bersangkutan dengan Allah SWT yang mengetahui ibadah tersebut. Hal itu berbeda dengan ibadah-ibadah lain yang bisa dilihat sesama manusia. 

Kedua, puasa Ramadan menyangkut hubungan antarmanusia (hablum minannas). Walaupun pada hakikatnya adalah ibadah yang bersifat individual, dilakukan secara pribadi, ibadah puasa memiliki dampak yang sangat luas menyangkut hubungan antarmanusia. Di dalam ibadah puasa Ramadan terdapat tindakan yang disunahkan dan akan mendapatkan pahala yang besar yang menyangkut kerelaan dan keikhlasan untuk melayani sesama. 

Terdapat hadis yang diriwayatkan Tirmidzi, bahwa Rasulullah SAW bersabda, barang siapa memberi makan orang yang berpuasa, baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun. Hadis itu sangat jelas memiliki dimensi kemanusiaan yang sangat kuat.

Ujung dari ibadah puasa Ramadan adalah membayar zakat fitrah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abu Daud dan Ibnu Majah disebutkan, ”Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah untuk menyucikan orang yang berpuasa dari bersenda gurau dan kata-kata keji dan untuk memberi makan orang miskin. Barang siapa yang menunaikannya sebelum salat, zakatnya diterima dan barang siapa yang menunaikannya setelah salat, itu hanya dianggap sebagai sedekah di antara berbagai sedekah.” 

Zakat fitrah adalah salah satu mekanisme di dalam Islam untuk mengentaskan sesama muslim yang kesulitan dalam ekonomi alias miskin. Hadis tersebut mengingatkan kepada setiap muslim bahwa menjaga agar tetangganya terhindar dari kemiskinan adalah menjadi salah satu tugasnya.

Dimensi ketiga, puasa Ramadan menyangkut hubungan manusia dan alam semesta, meliputi segala makhluk di bumi selain manusia serta tata surya yang lain. Manusia dalam keseharian bukanlah makhluk mandiri yang hanya mengandalkan dirinya atau sesama manusia, melainkan makhluk yang memiliki hubungan timbal balik dan saling menguntungkan dengan alam semesta.

 

Puasa, Manusia, dan Alam Semesta

Inti dari puasa adalah pengendalian diri. Ada tiga aktivitas pengendalian diri selama puasa. Yakni, pengendalian diri dari makan dan minum yang berlebihan, pengendalian diri dari perbuatan dan ucapan kotor, dan pengendalian diri dari nafsu yang tidak terpuji. 

Makan dan minum merupakan aktivitas manusia yang terkait erat dengan alam semesta karena apa yang dimakan dan diminum berasal dari alam. Manusia cenderung memiliki sifat tamak atau serakah terhadap makanan dan minuman. Manusia adalah makhluk pemakan segala atau omnivora. Sifat manusia yang demikian memang difasilitasi Allah SWT. 

Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 29 menyebutkan bahwa ”Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu.” Artinya, jika manusia mau, apa pun yang ada di alam semesta ini bisa diklaim sebagai miliknya dan dimanfaatkan untuk kepentingan dirinya nyaris tanpa batas. 

Sifat manusia yang cenderung tanpa batas juga diingatkan Rasulullah dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Ahmad dan Ath-Thabrani. Yakni, ”Seandainya manusia memiliki satu lembah harta, sungguh ia akan berambisi untuk memiliki lembah yang kedua. Dan seandainya ia memiliki dua lembah harta, sungguh ia akan berambisi untuk memiliki yang ketiga. Dan tidak ada yang membuat penuh perut manusia (puas) kecuali tanah (mati).” 

Kategori :