SURABAYA, HARIAN DISWAY - A nak-anak Istana Karya Difabel (IKD) menyambut mahasiswa internasional dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya di Sentra Wisata Kuliner Convention Hall, Minggu, 2 April 2023.
Rupanya, agenda itu merupakan acara yang dibuat oleh ITS Global Engagement, divisi Hospitality. Mereka membawa mahasiswa internasional dari berbagai negara yang sedang melakukan student exchange untuk berbaur dengan seniman IKD. "Acara itu bertujuan memberikan kesempatan kepada mahasiswa internasional ITS untuk berbaur dengan warga lokal, khususnya dengan anak-anak difabel di komunitas ini," ujar Rian Fahrulroji, selaku Person In Charge (PIC) dari kegiatan itu mewakili ITS. SWK Convention Hall dipilih karena unik. SWK itu disulap jadi ruang kreatif untuk anak-anak difabel. Mereka dilatih menyanyi, melukis, dan menari. Mereka menarikan banyak lagu dengan riang gembira. Tutor IKD Dyah Emi Finarwati memandu anak-anak istimewa itu dengan gerakan sederhana, namun ceria.Lukisan karya anak disabilitas di SWK Convention Hall-Moch. Sahirol Layeli- Mahasiswa internasional ITS pun ikut bergabung dan bergoyang bersama. Dengan gerakan agak canggung mereka menirukan gerak tiap gerak tarian dari Emi. Sesi menari diakhiri denga lagu Paijo. Keringat yang bercucuran menjadi tanda betapa bersemangatnya mereka menari. Meski begitu, senyuman bahagia jelas tergambar di wajah semua orang. Tidak terkecuali Theo, mahasiswa pertukaran pelajar asal Perancis. "Kita menari bersama, itu sangat menyenangkan. Mereka pandai menyanyi, menari dan melakukan banyak hal. Menyenangkan rasanya melihat mereka memiliki integritas yang bahkan melebihi kami," tutur Theo sembari tersenyum. Selepas menari, mahasiswa internasional ITS diajak untuk menggambar serta mewarnai bersama teman-teman IKD. Mereka menyebar menghampiri meja anak-anak. Bermain krayon dan menggoreskan pensil membentuk gambar sebagaimana imajinasi mereka. Meja seorang anak berusia 6 tahun bernama Alka pun turut dikunjungi oleh dua pemuda asal Perancis, Mathys dan Flavien. Alka dan Flavien nampak asyik menggambar monster diatas kertas mereka. Tidak jarang Alka mencolek tangan Mathys dan Flavien untuk menunjukkan hasil gambaran imajinasi abstraknya. "Mereka sangat berbakat. Senang rasanya melihat teman-teman difabel disini bisa belajar mengasah kemampuan mereka," ucap Flavien. Pengalaman itu tak pernah mereka rasakan sebelumnya. Di Perancis sana, mereka tidak tahu mengenai acara maupun komunitas seperti IKD. Mereka berharap teman-teman difabel bisa terus mengasah bakat yang mereka miliki sehingga mampu untuk bersaing di lingkungan sosial. Setelah menggambar dan mewarnai, acara dilanjutkan dengan buka bersama. Acara ini diakhiri dengan sesi pembagian bingkisan kepada anak-anak difabel dan sesi foto bersama. (Zahronia Firdaus)