MALINDI, HARIAN DISWAY – Nama sekte ini adalah Gereja Kabar Baik Internasional (Good News International Church). Tetapi, yang dibawanya justru kabar buruk. Bahkan mengerikan. Sekte sesat di Kenya ini memaksa jemaatnya kelaparan demi mencari Tuhan. Yang terjadi, para jemaat itu tewas. Hingga Selasa, 15 April 2023, sudah diketemukan 89 mayat.
Angka tersebut bertambah dari beberapa hari lalu. Sebab, saban hari, polisi menemukan belasan mayat korban sekte sesat tersebut. Tubuh-tubuh korban digali dari kuburan asal-asalan di sebuah hutan luas di kota Malindi, Kenya, yang terletak di tepi Samudera Hindia. ’’Kami tidak tahu ada berapa kuburan lagi, berapa lagi tubuh, yang akan ditemukan,’’ kata Menteri Dalam Negeri Kenya Kithure Kindiki seperti dikutip Agence France-Presse. Kindiki mengunjungi lokasi kuburan masal yang terletak di hutan Shakahola tersebut. Saking ngerinya kejadian itu, hutan tersebut dijuluki sebagai Hutan Pembantaian Shakahola. Ya, yang terjadi tak ubahnya pembantaian. Itu berkat kegilaan Mackenzie Nthenghe, sang pemimpin sekte sesat tersebut. Kepada para jamaatnya, Nthenghe mengatakan bahwa jalan menuju Tuhan adalah dengan membuat diri lapar. Tidak makan. Sampai para jemaat benar-benar mati kelaparan. Nthenghe sebenarnya sudah diincar polisi sejak 2017. Ia dituduh menyebarkan paham radikal. Nthenghe menyuruh para orang tua tidak menyekolahkan anaknya. Sebab, katanya, sekolah tidak diatur di Injil. Sayangnya, kasus itu menguap. Nthenghe pun kembali bebas menyebarkan paham sesatnya. Hingga akhirnya dia ditangkap kembali bulan lalu. Itu setelah ada laporan dua anak tewas. Bocah-bocah itu dibikin kelaparan. Padahal, mereka hidup bersama orang tua. Sekali lagi, Nthenghe lepas. Ia tidak ditahan setelah membayar jaminan 100 ribu shiling atau sekitar Rp 11 juta. Pendeta sesat itu baru menyerahkan diri kembali setelah polisi mengobrak-abrik gerejanya di hutan Shakahola. Ia akan disidang pada 2 Mei 2023.Rumah terbengkalai di tengah hutan inilah yang menjadi lokasi kuburan masal sekte sesat di Kenya.-YASUYOSHI CHIBA-AFP- Laporan Orang Hilang Palang Merah Kenya adalah salah satu yang turut melaporkan kasus tersebut. Lembaga ini mendapat informasi bahwa ada 212 orang hilang di Malindi. Dan hanya dua orang yang akhirnya ditemukan hidup dan kembali ke keluarga. Penyelidikan polisi akhirnya membuka jalan ke kasus yang sangat horor. Di hutan itu ditemukan kuburan masal. Dangkal. Dengan satu lubang berisi lebih dari lima mayat. ’’Sebagian besar adalah anak-anak,’’ kata seorang petugas forensik. Kindiki, sang menteri dalam negeri, mengatakan bahwa 34 orang ditemukan selamat di hutan. Kondisi mereka begitu parah. Ia juga meyakini bahwa masih banyak jemaat yang bersembunyi di hutan. Dalam kondisi kelaparan, jemaat itu pasti rentan. Berisiko kematian jika tidak segera ditemukan. Hussein Khalid, direktur eksekutif Haki Africa, sebuah lembaga kemanusiaan di Kenya, mendesak polisi bergerak cepat. Aparat harus menyisir hutan seluas 325 hektare tersebut. ’’Satu hari berlalu bisa jadi bertambahnya nyawa melayang,’’ kata Khalid. ’’Yang kami saksikan selama empat hari terakhir ini sungguh bikin trauma. Anda tidak akan siap menyaksikan kuburan dangkal berisi jenazah anak-anak,’’ ucap Khalid. Rumah sakit Malindi sampai kewalahan. ’’Kamar mayat kami hanya berkapasitas 40 jenazah,’’ ucap Said Ali. Mereka pun minta bantuan Palang Merah Kenya untuk penyediaan peti pendingin. Presiden Kenya William Ruto juga geram bukan kepalang. Ia berjanji akan menyapu gerakan-gerakan keagamaan yang menyimpang. Ruto ingin aparat bertindak tegas kepada pendeta sesat yang menggunakan agama untuk menyebarkan ideologi nyeleneh. (Doan Widhiandono)