Elly bangga, senang, campur khawatir. Persiapannyi tidak sampai satu bulan! Sedangkan ibu dua anak ini merasa tidak dalam kondisi peak (fisik sempurna) untuk mengikuti sebuah even kelas WMM.
"Tidak ada jalan lain, diet ketat dan menambah porsi latihan," tutur Elly. Dia membeli sepatu Nike tipe Alphafly untuk tampil di Boston Marathon ini. Di sinilah malapetaka itu terjadi. Karena tidak menyangka akan secepat itu mendapatkan slot di Boston Marathon, Elly tidak mempersiapkan sepatunya dengan baik.
Padahal sepatu running itu harus "inreyen" minimal dua atau tiga bulan sebelum digunakan untuk race. Elly merasa, sepatu lamanya, Nike Next % sudah kedaluwarsa.
“Sepatu lama saya itu sudah lebih dari 350 km. Jadi harus ganti sepatu baru sebelum mengikuti race. Tapi waktu sangat mepet tidak sampai sebulan. Saya tetap latihan pakai sepatu lama itu,” ceritanyi.
BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Direktur Mayapada Hospital Surabaya dr Irawati Marga MARS QIA
BACA JUGA:Kronologi Pembunuhan Angelina, Mahasiswi Ubaya Yang Mayatnya Ditemukan di Jurang Pacet
Tibalah hari keberangkatan. Elly berangkat sendirian. “Saya tidak mungkin melewatkan kesempatan berharga ini jadi meskipun sendirian saya tetap berangkat,” bilang perempuan bertinggi badan 167 cm ini.
Saat berangkat, Elly membawa sepatu "butut”nyi itu. Tetapi dia sudah berencana akan membeli sepatu baru setiba di Boston, Amerika Serikat.
Setelah mendarat, langsung menuju toko sepatu Nike. Dipilihnya yang keluaran terbaru, Nike tipe Alphafly.
Sayang, tidak ada women size. Sehingga Elly membeli yang unisex. "Banyak teman sudah mewanti-wanti, jangan gunakan sepatu baru saat race. Nanti kaki blister (luka) malah tidak bisa menyelesaikan race. Tetapi saya nekat karena memang tidak ada sepatu lagi dan waktu mepet,” tuturnyi.
Ketika mengikuti pra-race yakni lari 5 km sehari sebelum Boston Marathon, kaki Elly tidak ada masalah. Membuat dia percaya diri.
Esok harinya, hari race-pun tiba. Elly yakin kaki tidak masalah dengan sepatu baru. Bendera start dikibarkan, race dimulai dari kota Hopkinton.
"Saya berlari sesuai pace saya. Kisaran pace 6. Awalnya tidak masalah, tetapi semakin lama saya merasa kaki saya perih. Saya abaikan saja. Saya kira blister kecil biasa saja,” ceritanyi.
Hingga kilometer menginjak ke-20an, Elly merasa ada yang basah di kakinyi. Seperti kaus kaki yang sangat berkeringat. "Saya pikir kok tumben keringat saya banyak sekali hingga membasahi kaus kaki begini," ujarnyi dalam hati.
Elly tetap berlari dan tidak melihat ke bawah ke sepatunyi sama sekali. Tetapi karena dia merasa semakin basah dan perih akhirnya dia melihat ke bawah.
Kagetlah Elly! Sepatu Nike Alphafly warna hijau muda itu malah jadi berkombinasi dengan warna merah di bagian sisi dalam sepatu. Dan itu darah!