Babinsa yang ditemui pertama adalah, Serka Trijoto Pristiwawan. Trijoto sangat peduli dengan lingkungan di Desa Mojo. “Awalnya, saya menanam pohon mojo. untuk mencegah longsor di daerah perbukitan,” kata Trijoto yang saat itu didampingi Danramil Mojo, Kapten Yogi.
Karena penasaran, Trijoto mencari manfaat lain tanaman mojo.
Setelah melalui berbagai eksperimen, akhirnya ia bisa membuat minuman kesehatan dari sari buah mojo. Padahal buah mojo dikenal beracun. “Saya sudah beberapa kali keracunan,” ungkapnya.
Trijoto mengajak kami ke rumahnya untuk melihat proses pembuatan minuman sari buah mojo. Kami berkesempatan mencicipi minuman yang katanya, bisa menyembuhkan berbagai penyakit itu. Ia memastikan, sari buah mojo-nya saat ini sudah aman dikonsumsi. Karena sudah diteliti di Laboratorium dan ada sertifikatnya. “Jangan banyak-banyak minumnya karena bisa buat ngantuk. Cocoknya diminum sebelum istirahat malam,” kata tentara berkumis tebal itu.
Tidak jauh dari rumah Trijoto, di belakang sebuah warung makan, ada empat orang pengerajin yang sedang mengolah limbah batok buah mojo. Kulit Mojo memang keras. Mirip dengan batok kelapa. Bulat seperti bola. Beragam kerajinan tangan dihasilkan. Seperti hiasan berbentuk kapal pinisi, lampu gantung, dan asbak.
“Prinsip saya, apa pun yang diciptakan oleh Allah, pasti ada manfaatnya,” ucap Trijoto. Kalimat itu cukup berkesan bagi saya. (*)
Bertemu Pejuang Milenial Kediri. Baca edisi besok