Musim Kemarau Tiba, Indonesia Gawat Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan

Selasa 20-06-2023,17:03 WIB
Reporter : Rafif Rayhaan R
Editor : Heti Palestina Yunani

HARIAN DISWAY - Memasuki musim kemarau, bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mulai menunjukkan dominasinya. Data dari BNPB menunjukkan 144 dari 1.759 kejadian bencana alam selama tahun 2023 disebabkan oleh karhutla.

“Secara umum banjir, cuaca ekstrem, dan tanah longsor masih sering terjadi karena kita masih dalam akhir periode La Nina di awal 2023,” ungkap Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Ph.D.

BACA JUGA: Petugas Gabungan Padamkan Api Karhutla di Palangkaraya

Sejak awal Mei lalu, proporsi bencana banjir dan karhutla sudah seimbang. Namun, catatan BNPB sejak 12 Juni 2023, karhutla mulai marak terjadi.

Abdul Muhari menambahkan, 2-3 bulan yang lalu daerah Aceh dan Sumatera Utara kerap terjadi bencana banjir dan tanah longsor.

“Untuk saat ini sudah bergeser menjadi karhutla di beberapa Kabupaten/Kota,” ujarnya dalam siaran langsung Disaster Briefing BNPB TV pada 19 Juni 2023.

Aceh dan sekitarnya sebenarnya bukan termasuk dalam daerah yang secara historis rawan terjadi karhutla. Karena wilayah tersebut bukan tidak memiliki proporsi lahan gambut yang cukup besar.

“Daerah Aceh ini memang sudah melewati hari tanpa hujan yang cukup lama sedangkan lahan hutan di sana cukup luas sehingga sedikit saja terpercik api akan sangat mudah memicu kebakaran hutan dan lahan,” ujar pria berkacamata tersebut.

Berbeda dengan wilayah yang masih diguyur hujan, potensi terjadinya karhutla masih dapat ditekan meskipun memiliki lahan gambut yang luas.

Menurutnya, pergerakan karhutla itu akan bergeser dari utara ke bagian selatan Pulau Sumatera. BNPB memprediksi pada bulan Juli, Agustus, dan September daerah Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan sudah harus mewaspadai karhutla dari sekarang.

BACA JUGA: Karhutla Lahap 6,3 Hektar Lahan di Kalimantan Selatan, Kalimantan dan Jawa Dalam Kondisi Mudah Terbakar

“Kami sudah melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) sejak 2 bulan yang lalu di Riau karena kami sangat bergantung dengan keberadaan awan hujan,” tuturnya.

TMC nantinya akan digunakan untuk mengisi penampungan cadangan air dalam skala masif seperti mengisi waduk, embung, dan danau untuk upaya pencegahan karhutla.

Pria yang akrab disapa Aam itu berpesan agar masyarakat berhati-hati dan selalu waspada terhadap bencana alam khususnya yang sering terjadi di musim kemarau. (Rafif Rayhaan R)

Kategori :